“AKHLAK TERCELA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “tafsir”
Dosen pengampu Mohammad Zaenal Arifin, M.HI.
Di susun oleh:
1.
Nadia Nufida A. (933400613)
2.
Dewi Fatkurohmah (933401713)
JURUSAN
USHULUDDIN PROGRAM STUDY PSIKOLOGI ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEDIRI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila
membiasakan sesuau maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak
adalah seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan
dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh
karena itu seseorang yang sudah memahamiakhlak maka dalam bertingkah laku akan
menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian.
Memahami akhlak adalah masalah fundamental
dalam islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalan hidup dan
kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki
akhlak.Jika sesorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup
dengan baik, yakni perbuatan itu selalu diulang-ulang dengan kecenderungan hati
(sadar).Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk
suatu kestuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di
dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak
berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Akhlak Tercela
Kata akhlak dari bahasa Arab yaitu
khalaqa-yahluqu, artinya menciptakan, dari akar kata ini pula ada kata makhluk
(yang diciptakan) dan kata khalik (pencipta), maka akhlak berarti segala sikap
dan tingkah laku manusia yang datang dari penciptan (Allah SWT).
Dengan demikian, akhlak (perilaku)
tercela adalah semua sikap atau perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena akan
mendatangkan kerugian baik bagi oelaku aauoun orang lain.[1]
B.
Hadits yang Menerangkan Tentang
Akhlak Tercela
لَيْسَ بِاَمَا
نِيِّكُم وَلآاَمَانِيِّ اهْلِ الْكِتبِ ‘ مَنْ يَّعْمَلْ سُوْءًأيُجْزَ بِه وَلَا
يَجِدْ لَه مِنْ دُوْنِ الله وَلِيًّاوّلَا نَصِيْرًا ( )
Artinya : (pahala dari Allah) itu bukanlah merut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan iu dan ia tidak mendapat perlindungan dan tidak (pula) penolong baginya selain Allah. (QS. An-Nisa’ : 123)
Artinya : (pahala dari Allah) itu bukanlah merut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan iu dan ia tidak mendapat perlindungan dan tidak (pula) penolong baginya selain Allah. (QS. An-Nisa’ : 123)
Ayat-ayat diatas menerangkan bahwa
setan membisikkan secara halus dan menimbulkan angan-angan kosong pada pikiran
manusia seperti angan-angan kosong ahli kitab yang merusak agama manusia. Dalam
surat itu Allah SWT menegaskan bahwa tidak ada keistimewaan bagi seorang,
kecuali dengan amal baiknya dan tidak mungkin ia luput dari azab Allah dan
mustahil ia masuk surga semata-mata dengan mengatakan bahwa agama yang
dianutnya adalah agama yang paling baik dan sempurna, serta nabi-nabi dan
rasul-rasul yang mereka ikuti adalah yang paling tinggi derajatnya disisi
Allah. Seperti yang dikatakan ahli kitab itu. Hendaklah orang-orang yang
beriman mengerjakan amal yang saleh., melaksanakan perintah-perintah Allah dan
menghentikan larangan-larangan-Nya karena pahala itu diberikan Allah
berdasarkan amal yang dilakukan dengan ikhlas, bukan berdasarkan perkataan dan
angan-angan kosong. Allah SWT, mendatangkan agama bukan untuk beregah-megah dan
berbangga-bangga dengan agama itu, tetapi agama didatangkan untuk diamalkan dan
dilaksanakan.
قُلْ لاَّ
يَسْتَوِى الْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْاَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيْثِ ‘
فَاتَّقُوااللهُ ياُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ( )
Artinya :katakanlah : “tidak sama
yang buruk dengan yang baik meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu.
Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah, hai orang-orang yang berakal, agar
kalian mendapat keberuntungan”. (QS. Al-Maidah : 100)
Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa
orang kafir tidak sama dengan orang yang beriman. Orang yang durhaka juga tidak
sama dengan orang yang taat. Orang yang bodoh tidak sama dengan orang alim.
Pembuat bid’ah tidaksama dengan ahlussunnah. Harta yang kotor juga tidak sama
dengan harta yang halal. Ucapan yang baik tidak sama dengan ucapan yang buruk.[2]
C.
Sebab-Sebab Kemerosotan Akhlak
Akhlak memiliki sebab-sebab yang
dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan sebaiknya juga mempunyai sebab-sebab
yang dappat menjadikannya merosot dan jatuh kedalam keterpurukan. Diantaranya
yaitu:
a.
Lemah iman
Lemahnya iman merupakan pertanda
dari kerendahan dan rusaknya moral, ini disebabkan karena iman merupakan
kekuatan (untuk mebina akhlak) dalam kehidupan seseorang.
b.
Tabiat/watak asli
Ada sebagian orang yang memiliki
tabiat/watak asli yang buruk, suka iri dan dengki terhadap orang lain. Tabiat
ini lebih mendominasi pada diri orang tersebut, sehingga terkadang pendidikan
yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi perilaku.
c.
Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang
sangat kuat bagi perilaku seseorang, karena seperti dikatakan pepatah bahwa
seseorang adalah anak lingkungannya. Kalau dia hidup dan terdidik dalam
lingkungan yang tidak mengenal makna dab dan akhlak serta tidak tahu tujuan
hidup yang mulia, maka akhlaknya akan rusak sebagai mana hasil didikan
lingkungannya.[3]
D.
Contoh-Contoh Akhlak Tercela
a. Perilaku Buruk yang Berkaitan dengan
Ucapan
1.
Membicarakan hal-hal yang tidak berguna
Yaitu perkataan yang dapat menyebabkan murka Tuhan, menyakiti orang
lain dan dapat membuat setan senang. Al-Qur’an telah melarang hal ini
sebagaimana tertuang dalam firman-Nya:“Dan apabila kamu melihat orang-orang
yang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga
mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setang menjadikan kamu lupa
(maka larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama dengan orang-orang yang
zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).”(QS. Al-An’am : 68)
2.
Mengejek atau memberi julukan jelek
3.
Berburuk sangka, membicarakan dan mencari-cari kesalahan
orang lain
Membicarakan orang lain yang dilarang adalah jika orang yang
dibicarakan tidak suka untuk mendengarnya.
4.
Berdusta
Dalam kondisi bagaimanapun, islam menganggap berbohong adalah
perbuatan yang hina dan tercela.
5.
Banyak berangan-angan
Yaitu selalu membayangkan sesuatu yang diinginkan menjadi kenyataan
berdasarkan praduga atau perenungan belaka. Kebanyakan hal-hal yang diangankan
dengan berdasarkan praduga tidak akan menjadi kenyataan, melainkan hanya
bayangan semu belaka. Perbuatan itu termasuk perbuatan tercela, jika tujuannya
hanya ingin membuat diri mempunyai karakteristik yang berbeda dari orang lain
dan keluar dari kodrat Allah. Hal ini dilarang karena merupakan ungkapan
ketidak ridhaannya terhadap anugerah Allah SWT.
6.
Melakukan hal-hal yang tidak berguna
Yaitu sibuk dengan sesuatu yang tidak bermanfaat.
7.
Berpendapat tanpa berpikir terlebih dahulu
Yaitu mengeluarkan pendapat berdasarkan sesuatu yang terlintas
dihati tanpa bukti dan perenungan terlebih dahulu, sehingga pendapatnya terlontar
secara tergesa-gesa dan tidak matang.
8.
Menyampaikan berita dusta dan tuduhan keji
kepada orang-orang saleh.
9.
Menyampaikan berita bohong yang membuat
orang-orang terkejut dan menuduh orang berbuat keji sehingga mencoreng
kehormatannya merupakan perbuatan yang dilarang agama.
10.
Munafik dan suka memamerkan kebaikan (riya).
Munafik adalah mengaku-ngaku beriman padahal sebenarnya ia kafir
atau berlagak baik hanya untuk menutupi sifat aslinya yaitu keburukannya.Sedangkan
riya (pamer kebaikan) hampir sama dengan nifaq, yaitu menampakkan kebaikan
padahal yang benar kebalikannya.
b.
Perilaku Buruk yang Berkaitan dengan
Perbuatannya
1.
Kikir
Yaitu menahan dan tidak mengeluarkan harta yang semestinya harus
dikeluarkan dan tidak boleh disimpan.sifat kikir ini akan menimbulkan kebencian
dan kedengkian dari orang lain.
2.
Pengecut
Sifat pengecut timbul karena lemahnya hati pada hal-hal yang
seharusnya hatinya kuat.
3.
Dengki
Dengki adalah berharap akan hilangnya suatu nikmat dari seseorang
yang berhak mendapatkannya, yang terkadang disertai dengan usaha untuk
menghilangkan nikmat tersebut.
4.
Berlebih-lebihan dan boros
Berlebih-lebihan adalah melampaui batas dalam segala hal.Sedangka
boros adalah berlebihan dalam mebelanjakan harta yang tidak pada tempatnya.
5.
Berbuat zalim
Yaitu menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya dan tidak sesuai
ukurannya.Ada kalanya dengan memberi tambahan atau mengurangi, atau terkadang
juga dengan menyimpang dari waktu atau tempat yang semestinya.
6.
Melampaui batas
Adalah berlebihan dalam memenuhi kewajiban, baik dalam kuantitas
maupun dalam kualitas. Melampaui batas terbagi menjadi dua macam:
Terpuji, yaitu melampaui batas kebolehan untuk melakukan yang lebih
baik, menambah kewajiban-kewajiban dengan amalan-amalan yang disunnahkan.
Tercela, yaitu meninggalkan kebenaran dan mengikui kebatilan atau
hal-hal yang masih diragukan keharaman dan kehalalannya (syubhaat)
7.
Berbuat kerusakan
Yaitu melakukan sesuatu diluar batas kewajaran, baik sedikit
ataupun banyak.
8.
Guruur ‘congkak’ dan ujub ‘berbangga diri’
Orang yang congkak dan berbangga diri adalah orang yang silau oleh
harta, pangkat, dan nafsunya disebabkan godaan setan atau orang
disekelilingnya.Setan yang menggoda manusia disebut Gharuur ‘tukang
tipu’.Adpun Ujub adalah sombong dan berbangga diri.
9.
Mengikuti syahwat dan hawa nafsu
Hawa nafsu adalah kecondongan diri untuk mengikuti syahwat.
Dinamakan demikian karena hawa nafsu ini mengajak seseorang (yahwaa bihi) untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang lain didunia dan mengakibatkan pelakunya
masuk neraka.
10.
Berkhianat
Khianat dengan munafik adalah sama. Hanya saja biasanya khianat
digunakan pada janji dan amanah.Sedangkan munafik biasanya dipergunakan dalam
masalah agama.
Khianat adalah mengingkari secara diam-diam perjanjian yang telah
disepakati.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akhlak tercela adalah semua siakap dan
perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi
pelakunya ataupun orang lain. Akhlak memiliki sebab-sebab yang dapat
menjadikannya tinggi dan mulia, dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang
dapat menjadikannya merosot dan jatuh kedalam keterpurukan.
Akhlak tercela dapat menciptaka perilaku
tercela.Perilaku tercela dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku
buruk yang berkaitan dengan ucapan dan perilaku buruk yang berkaitang dengan
perbuatan.
B.
Saran
Al-Qur’an merupakan cara melawan hawa nafsu dab setan dengan cara
yang sangat mudah yaitu dengan memohon perlindungan dan berpaling dari orang
bodoh, dan menolak perlakuan jahat mereka dengan perlakuan baik.
Bersyujur atas karunia Allah yang telah Allah berikan, maka insya
Allah, hati kita akan selamat dari akhlak tercela.[5]
DAFTAR PUSTAKA
At Tafsiru al-muyassaru, Jakarta, Qisthi Press, 2007
Kitab Tafsir, Semarang, PT. Citra Effhar, 1993
Mahmud, Ali Abdul Halim, Dr., At-Tarbiyah al-Khuluqiyah Daarut
Taw’ziwan-Nasyr al-islamiyyah, Jakarta, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar