Blogger Widgets

music

Selasa, 05 Mei 2015

Makalah Laporan Hasil Observasi Psikodiagnostik

LAPORAN HASIL OBSERVASI TK BINA INSANI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “psikodiagnostik”
Dosen pengampu Imron Muzakki M.Psi.





Di susun oleh:
Nadia Nufida Aflaha    (933400613)

JURUSAN USHULUDDIN PROGRAM PSIKOLOGI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEDIRI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Tujuan program kegiatan belajar di TK adalah untuk membantu perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pendidikan di Taman Kanak-Kanak sangat penting karena saat anak belajar di TK pertumbuhan anak sedang dalam masa ke emasan (golden age). Perkembangan belajar ini sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang sedang di alami anak. Bagaimanapun, keberadaan TK merupakan sebuah Taman tempat anak bermain dan belajar, tempat anak-anak usia TK belajar menyesuaikan diri dengan beberapa hal sebelum mereka masuk sekolah formal.
Belajar dan bermain di TK, akan mempermudah anak untuk belajar mengembangkan keterampilan sosial dan kerjasama, karena saat anak melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) anak dituntut memiliki keterampilan sosial dan kerjasama yang baik, karena intensitas berinteraksi lebih banyak dan harus ditanamkan dan diajarkan pada masa prasekolah. Sekolah ini tidak akan memberikan beban yang terlalu besar pada anak, karena pada dasarnya disekolah TK ini anak akan lebih banyak bermain. Tentu tidak hanya bermain tapi disertai dengan belajar berbagai hal juga.

B.  Tujuan Observasi
Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui tipe bermain anak TK Bina Insani menurut teori Mildred Parten.



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Teori Tipe Bermain Mldred Parten
Parten mengamati kegiatan bermain sebagai sarana sosialisai anak, ia menemukan enam bentuk interaksi antar anak yang terjadi pada saat mereka bermain yang mencerminkan adanya interaksi sosial mulai dari bermain sendiri sampai dengan bermain bersama. Adapun tahapan bermain yang menggambarkan tingkat perkembangan sosial anak adalah:
1.    Unoccupied Play
Pada tahap Unoccupied Play anak tidak terlibat dalam kegiatan bermain, tetapi hanya datang mengamati kegiatan anak lain atau kejadian-kejadian di sekitarnya yang menarik perhatiannya. Apabila tidak ada kejadian yang menarik perhatiannya anak tersebut akan bermain sendiri, menyibukkan diri dengan cara bermain dengan tubuhnya sendiri, jalan berkeliling tanpa tujuan jelas, naik turun tangga, mengikuti orang lain dan sebagainya.
2.    Solitary Play
Solitary Play atau bermain sendiri yang bersifat egosentris tanpa memperhatikan anak lain atau kehadiran orang lain yang terpenting anak bermain sendiri dengan berbagai alat yang dimilikinya. Dalam bermain tidak ada interaksi dengan teman atau orang lain, terpusat pada diri sendiri dan kegiatannya sendiri, menerima kehadiran orang lain apabila dirasa mengganggu permainannya seperti ada yang mengambil alat mainannya atau mengganggu konsentrasinya.
3.    Onlooker Play
Onlooker Play (pengamat) yaitu kegiatan bermain dengan mengamati kegiatan bermain anak-anak lain dan tampak ada minat untuk untuk mengikuti kegiatan bermain anak-anak lain tersebut. Kegiatan ini tampak pada anak-anak berusia sekitar dua tahun atau anak-anak yang baru kenal dengan lingkungan bermainnya, anak-anak tersebut sebatas bertanya, bercakap, dan tidak dalam bermain. Mereka berdiri di lingkungan anak bermain untuk melihat, mengamati, mendengarkan anak lain bermain.
4.    Paralel Play
Paralel Play atau bermain parallel yaitu ana-anak melakukan kegiatan bermain secara berdampingan, atau berdekatan satu dengan lainnya tetapi tetap bermain sendiri-sendiri dengan peralatannya sendiri pula tidak memperhitungkan teman bermain di sampingnya atau di sekitarnya. Mereka bermain pada tempat dan waktu yang sama tetapi belum ada interaksi sosial yang nyata.
5.    Assosiative Play
Assosiative Play atau bermain asosiatif ditandai dengan adanya kegiatan bermain bersama dalam tempat, waktu, dan jenis permainan yang sama, tetapi belum terjadi suatu bentuk kerja sama yang nyata, hanya sebatas pada percakapan, saling meminjam alat (gunting, kuas, cat, balok-balok, dsb), saling komentar tanpa memberi saran atau masukan bahkan diskusi untuk suatu kegeiatan permainan tersebut. Kegiatan bermain ini banyak dilihat pada pendidikan prasekolah atau taman kanak-kanak. Kesempatan untuk tumbuhnya bermaib kerja sama tergantung intensitas kesempatan bermain yang dilakukan oleh anak.
6.    Cooperative Play
Cooperative Play atau bermain bersama ditandai dengan adanya interaksi antar anak untuk bekerjasama, berbagi tugas, berbagi peran, dalam keterlibatan anak dalam suatu kegiatan bermain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Bermain merupakan proyek bersama yang harus diselesaikan secara bersama-sama pula. Sebagai contoh bermain sepak bola dengan aturan sederhana atau permainan tradisional yang popular, anak akan membagi tugas untuk dapat melakukan permainan dengan baik dan kalau perlu dapat memenangkan permainan tersebut.

B.  Metode Observasi
Observasi ini menggunakan metode observasi non partisipan karena observer tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang di observasi. Observer hanya melihat dan meneliti bagaimana tipe bermain anak tersebut.



C.  Hasil Observasi
1.      Biodata
Ø  Biodata observer
Nama                : NADIA NUFIDA AFLAHA
NIM                 : 933400613
Prodi                 : Psikologi Islam
Ø  Biodata observen
Nama                            : ALVIN NAJMI DHIYA RAMADHAN
Tempat tanggal lahir     : Kediri, 16 Agustus 2010
Jenis kelamin                : laki-laki
Kelas                            : TK A
2.      Pelaksanaan observasi
Hari                  : Rabu
Tanggal             : 01 April 2015
Tempat             : TK Bina Insani
Waktu               : Pelajaran 08.30-10.00
                           Istirahat 10.00-10.30
3.      Hasil
Tipe bermain Alvin unoccupied play dan solitary play, karena ia hanya mengamati kejadian disekelilingnya tanpa terlibat dalam aktivitas itu dan ia juga lebih sering asik dengan permainannya sendiri. Tidak banyak berinteraksi dengan teman bermain lainnya, suka keluar masuk kelas saat pelajaran berlangsung, hanya mengikuti pelajaran dan aktivitas di dalam kelas sesuai keinginannya.
Avin tergolong anak yang hiperaktif, walaupun tidak banyak berinteraksi dengan teman bermain lainnya dan selalu asik dengan kegiatannya sendiri



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari hasil observasi diatas dapat disimpulkan bahwa ada bemacam-macam tipe bermain anak, yaitu :
§  Unoccupied play
§  Solitary play
§  Onlooker play
§  Parallel play
§  Associative play
§  Cooperative play
Anak yang menjadi observen disini memiliki tipe bermain unoccupied play dan solitary play. Ia lebih suka mengamati kejadian di sekelilingna asik dengan aktivitasnya sendiri daripada bermain bersama teman-teman sebayanya.

B.  Dokumentasi







Tidak ada komentar:

Posting Komentar