LAPORAN HASIL OBSERVASI TK BINA INSANI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “psikodiagnostik”
Dosen pengampu Imron Muzakki M.Psi.
Di susun oleh:
Nadia
Nufida Aflaha (933400613)
JURUSAN USHULUDDIN PROGRAM PSIKOLOGI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEDIRI
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan dini
bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Tujuan program
kegiatan belajar di TK adalah untuk membantu perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan
dan daya cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pendidikan di
Taman Kanak-Kanak sangat penting karena saat anak belajar di TK pertumbuhan
anak sedang dalam masa ke emasan (golden age). Perkembangan belajar ini sejalan
dengan pertumbuhan dan perkembangan yang sedang di alami anak. Bagaimanapun,
keberadaan TK merupakan sebuah Taman tempat anak bermain dan belajar, tempat
anak-anak usia TK belajar menyesuaikan diri dengan beberapa hal sebelum mereka
masuk sekolah formal.
Belajar dan bermain di TK, akan mempermudah anak untuk belajar
mengembangkan keterampilan sosial dan kerjasama, karena saat anak melanjutkan
ke Sekolah Dasar (SD) anak dituntut memiliki keterampilan sosial dan kerjasama
yang baik, karena intensitas berinteraksi lebih banyak dan harus ditanamkan dan
diajarkan pada masa prasekolah. Sekolah ini tidak akan memberikan beban yang
terlalu besar pada anak, karena pada dasarnya disekolah TK ini anak akan lebih
banyak bermain. Tentu tidak hanya bermain tapi disertai dengan belajar berbagai
hal juga.
B.
Tujuan Observasi
Tujuan dari
observasi ini adalah untuk mengetahui tipe bermain anak TK Bina Insani menurut
teori Mildred Parten.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Tipe Bermain Mldred Parten
Parten
mengamati kegiatan bermain sebagai sarana sosialisai anak, ia menemukan enam
bentuk interaksi antar anak yang terjadi pada saat mereka bermain yang
mencerminkan adanya interaksi sosial mulai dari bermain sendiri sampai dengan bermain
bersama. Adapun tahapan bermain yang menggambarkan tingkat perkembangan sosial
anak adalah:
1.
Unoccupied Play
Pada
tahap Unoccupied Play anak tidak terlibat dalam kegiatan bermain, tetapi
hanya datang mengamati kegiatan anak lain atau kejadian-kejadian di sekitarnya
yang menarik perhatiannya. Apabila tidak ada kejadian yang menarik perhatiannya
anak tersebut akan bermain sendiri, menyibukkan diri dengan cara bermain dengan
tubuhnya sendiri, jalan berkeliling tanpa tujuan jelas, naik turun tangga, mengikuti
orang lain dan sebagainya.
2.
Solitary Play
Solitary Play atau bermain
sendiri yang bersifat egosentris tanpa memperhatikan anak lain atau kehadiran
orang lain yang terpenting anak bermain sendiri dengan berbagai alat yang
dimilikinya. Dalam bermain tidak ada interaksi dengan teman atau orang lain,
terpusat pada diri sendiri dan kegiatannya sendiri, menerima kehadiran orang
lain apabila dirasa mengganggu permainannya seperti ada yang mengambil alat
mainannya atau mengganggu konsentrasinya.
3.
Onlooker Play
Onlooker Play (pengamat)
yaitu kegiatan bermain dengan mengamati kegiatan bermain anak-anak lain dan
tampak ada minat untuk untuk mengikuti kegiatan bermain anak-anak lain
tersebut. Kegiatan ini tampak pada anak-anak berusia sekitar dua tahun atau
anak-anak yang baru kenal dengan lingkungan bermainnya, anak-anak tersebut
sebatas bertanya, bercakap, dan tidak dalam bermain. Mereka berdiri di
lingkungan anak bermain untuk melihat, mengamati, mendengarkan anak lain
bermain.
4.
Paralel Play
Paralel Play atau bermain
parallel yaitu ana-anak melakukan kegiatan bermain secara berdampingan, atau
berdekatan satu dengan lainnya tetapi tetap bermain sendiri-sendiri dengan
peralatannya sendiri pula tidak memperhitungkan teman bermain di sampingnya
atau di sekitarnya. Mereka bermain pada tempat dan waktu yang sama tetapi belum
ada interaksi sosial yang nyata.
5.
Assosiative Play
Assosiative Play
atau bermain asosiatif ditandai dengan adanya kegiatan bermain bersama dalam
tempat, waktu, dan jenis permainan yang sama, tetapi belum terjadi suatu bentuk
kerja sama yang nyata, hanya sebatas pada percakapan, saling meminjam alat
(gunting, kuas, cat, balok-balok, dsb), saling komentar tanpa memberi saran
atau masukan bahkan diskusi untuk suatu kegeiatan permainan tersebut. Kegiatan
bermain ini banyak dilihat pada pendidikan prasekolah atau taman kanak-kanak.
Kesempatan untuk tumbuhnya bermaib kerja sama tergantung intensitas kesempatan
bermain yang dilakukan oleh anak.
6.
Cooperative Play
Cooperative Play
atau bermain bersama ditandai dengan adanya interaksi antar anak untuk
bekerjasama, berbagi tugas, berbagi peran, dalam keterlibatan anak dalam suatu
kegiatan bermain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Bermain merupakan
proyek bersama yang harus diselesaikan secara bersama-sama pula. Sebagai contoh
bermain sepak bola dengan aturan sederhana atau permainan tradisional yang
popular, anak akan membagi tugas untuk dapat melakukan permainan dengan baik
dan kalau perlu dapat memenangkan permainan tersebut.
B.
Metode Observasi
Observasi ini menggunakan metode observasi non partisipan karena
observer tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang di observasi. Observer hanya
melihat dan meneliti bagaimana tipe bermain anak tersebut.
C.
Hasil Observasi
1.
Biodata
Ø Biodata observer
Nama :
NADIA NUFIDA AFLAHA
NIM :
933400613
Prodi :
Psikologi Islam
Ø Biodata observen
Nama : ALVIN NAJMI DHIYA
RAMADHAN
Tempat tanggal
lahir : Kediri, 16 Agustus 2010
Jenis kelamin : laki-laki
Kelas : TK A
2.
Pelaksanaan
observasi
Hari : Rabu
Tanggal : 01 April 2015
Tempat : TK Bina Insani
Waktu : Pelajaran 08.30-10.00
Istirahat 10.00-10.30
3.
Hasil
Tipe
bermain Alvin unoccupied play dan solitary play, karena ia hanya mengamati
kejadian disekelilingnya tanpa terlibat dalam aktivitas itu dan ia juga lebih
sering asik dengan permainannya sendiri. Tidak banyak berinteraksi dengan teman
bermain lainnya, suka keluar masuk kelas saat pelajaran berlangsung, hanya
mengikuti pelajaran dan aktivitas di dalam kelas sesuai keinginannya.
Avin
tergolong anak yang hiperaktif, walaupun tidak banyak berinteraksi dengan teman
bermain lainnya dan selalu asik dengan kegiatannya sendiri
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil observasi diatas dapat disimpulkan bahwa ada
bemacam-macam tipe bermain anak, yaitu :
§ Unoccupied play
§ Solitary play
§ Onlooker play
§ Parallel play
§ Associative play
§ Cooperative play
Anak yang menjadi observen disini
memiliki tipe bermain unoccupied play dan solitary play. Ia lebih suka
mengamati kejadian di sekelilingna asik dengan aktivitasnya sendiri daripada
bermain bersama teman-teman sebayanya.
B.
Dokumentasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar