“PERKEMBANGAN EMOSI PADA MASA REMAJA”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “psikologi
perkembangan”
Dosen pengampu M. Irfan Burhani, M.Psi
Di susun oleh:
Nadia
Nufida Aflaha (933400613)
JURUSAN USHULUDDIN PROGRAM PSIKOLOGI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEDIRI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai
periode badai dan tekanan (strum and
drang), suatu masa yang ditandai dengan ketegangan emosi yang tinggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.Pertumbuhan pada tahun-tahun
awal masa puber terus berlangsung walaupun berjalan agak lambat.Pertumbuhan
yang terjadi terutama bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa
puber.
Masalah yang sering terjadi pada perkembangan
intelektual dan emosional remaja adalah ketidakseimbangan antara
keduanya.Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui
berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah
dengan berbagai media.Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan.Namun
sebagian besar remaja mengalami masa badai tersebut dengan ketidakstabilan
emosi dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada
pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian emosi?
2.
Bagaimana teori tentang emosi?
3.
Bagaimana ciri-ciri emosi remaja dan batas usia remaja?
4.
Bagaimana karakteristik perkembangan emosi remaja?
5.
Bagaimana tugas perkembangan remaja?
6.
Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan emosi remaja?
7.
Apa saja factor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja?
8.
Bagaimana hubungan antara emosi dengan tingkah laku serta pengaruh emosi
terhadap tingkah laku?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dari emosi
2.
Mengetaui teori tentang emosi
3.
Mengetahui ciri-ciri emosi remaja dan batas usia remaja
4.
Mengetahui karakteristik perkembangan emosi remaja
5.
Mengetahui tugas perkembangan remaja
6.
Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan emosi remaja
7.
Mengetahui factor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
8.
Mengetahui hubungan antara emosi dengan tingkah laku serta pengaruh emosi
terhadap tingkah laku
BAB
II
PERMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Remaja
Emosi adalah adalah setiap keadaan pada diri seseorang yang
disertai warna afektif baik pada tingkah lemah (dangkal) maupun pada tingkat
yang luas.[1]Emosi juga merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak.[2]
Jadi, emosi adalah
keadaan diri seseorang yang berkaitan dengan perasaan dan memiliki pengaruh
besar terhadap kepribadian serta perilaku seseorang.
Emosi
sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung cirri-ciri sebagai berikut:
1.
Lebih bersifat
subjektif daripada peristiwa psikologi lainnya
seperti pengamatan dan berfikir.
2.
Bersifat
fluktuatif (tidak tetap).
3.
Banyak
bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.
Ada tiga jenis emosi yang menonjol pada periode, yaitu sebagai
berikut:[3]
1.
Emosi
Marah
Emosi marah lebih mudah timbul apabila dibandingkan dengan emosi
lainnya dalam kehidupan remaja. Penyebab timbulnya emosi marah pada remaja
ialah apabila mereka direndahkan, dipermalukan, dihina, atau dipojokkan
dihadapan kawan-kawannya.
2.
Emosi Takut
Emosi
takut banyak menyangkut dengan ujian yang akan diikuti, sakit, kekurangan uang,
rendahnya prestasi, tidak dapat pekerjaaan atau kehilangan pekerjaan, keluarga
yang kurang harmonis, tidak populer dimata lawan jenis, tidak dapat pacar, memikirkan
kondisi fisik yang tidak seperti harapan.
3.
Emosi Cinta
Emosi
cinta telah ada semenjak masa bayi dan terus berkembang sampai dewasa. Pada masaremaja,
rasa cinta diarahkan kepada lawan jenis. Pada masa bayi rasa cinta diarahkan
pada orang tua teutama kepada ibu.
B. Teori Tentang
Emosi
Ada beberapa teori yang menyoroti emosi, yaitu:[4]
1. Hubungan emosi dengan gejala kejasmanian
· Teori
James-Lange
Emosi
meupakan akibat atau hasil persepsi dari keadaan jasmani.
· Teori
Cannon-Bard
Emosi
itu bergantung pada aktivitas dari bagian bawah
· Teori
Schachter-Singer
Emosi
yang dialami seseorang merupakan hasil interpretasi dari aroused atau stirred
up dari keadaan jasmani (bodl states)
1.
Teori hubungan antar emosi
Dalam
teori ini emosi dibedakan dalam tiga dimensi, yaitu: intensitas, kesamaan, dan
polaritas. Ketiganya itu merupakan dimensi yang digunakan untuk mengadakan
hubungan emosi yang satu dengan yang lain.
2.
Teori emosi berkaitan dengan
motivasi
Emosi
itu menimbulkan energy untuk motivasi
3.
Teori kognitif mengenai emosi
Teori
tentang emosi yang menekankan pada penafsiran atau pengertian mengenai
informasi yang datang dari beberapa sumber
C.
Ciri-Ciri Emosi Remaja dan Batas Usia Remaja
Pola emosi masa remaja hampir sama dengan pola emosi
masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah: cinta atau kasih
sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak
pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya
pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Ciri-ciri emosional remaja dibagi menjadi dua rentang usia, yaitu
usia 12–15 tahun dan usia 15–18 tahun.[5]Ciri-ciri
emosional remaja usia 12-15 tahun :
a.
Pada
usia ini seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka.
b.
Siswa
mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya
diri.
c.
Ledakan-ledakan
kemarahan mungkin saja terjadi.
d.
Seorang
remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya
sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
e.
Remaja
terutama siswa-siswa SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara
lebih obyektif.
Ciri-ciri emosional remaja usia 15–18 tahun
a.
Pemberontakan’
remaja merupakan pernyataan-pernyataan/ekspresi dari perubahan yang universal
dari masa kanak-kanak ke dewasa.
b.
Karena
bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan
orang tua mereka.
c.
Siswa
pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di
antara mereka terlalu tinggi menafsirkan kemampuan mereka sendiri dan merasa
berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.
D. Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
Tidak semua remaja mengalami
masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami
ketidak stabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian
diri pada pola perilaku baru dan harapan social yang baru.[6]
Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja
lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan di luar rumah
seperti kegiatan sekolah, ekstra kulikuler dan bermain dengan teman. Kelompok teman
sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan
sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber
informasi.[7]
Emosi itu sendiri terjadi akibat adanya :
a.
Stimulus yang merangsang atau
menyentuh perasaan sehingga menimbulkan perasaan atau kata hati yang menyatakan
suka atau tidak suka, sedih atau senang, puas atau tidak puas, dan sebagainya
(consienceness)
b.
Kesadaran yang mengaplikasikan
perasaan yang timbul (awareness)
c.
Khayal/bayangan atas kehendak yang
ingin diwujudkan (imagination)
d.
Keputusan yang diambil (decision)
e.
Respons yang diwujudkan dalam
bentuk verbal dan atau non verbal (reaction)
Secara garis besar, masa remaja dapat
dibagi kedalam empat periode, yaitu: periode pra-remaja, remaja awal, emaja
tengah, dan remaja akhir. Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah
sebagaimana dipaparkan berikut ini.[8]
1.
Periode Pra-remaja
Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hamper sama
antara remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum begitu tampak jelas,
tetapi pada remaja putrid biasanya memperlihatkan penambahanberap badan yang
cepat sehingga mereka merasa kegemukan. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi
kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsangan-rangsangan dari
luar, responnya biasa berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengen,
tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.
2.
Periode Remaja Awal
Selama periode ini perkembangan gejala fisik yang semakin
tampak jelas adalah perubahan fungsi alat-alat kelamin. Karena perubahan
alat-alat kelamin serta perubahan fisik yang semakin nyata ini, remaja
seringkali mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak jarang mereka cenderung menyendiri
sehinggatidak jarang pula merasa terasing, kurang perhatian dari orang lain,
atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya. Kontrol terhadap
dirinya bertambah sulit dan mereka cepat marah dengan cara-cara yang kurang
wajar untuk meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya
terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sehingga muncul dengan reksi yang
kadang-kadang tidak wajar.
3.
Periode Remaja Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh
remaja untuk dapat menuju kearah mampu memukul sendiri seringkali menimbulkan
masalah tersendiri bagi remaja. Karena tuntutan peningkatan tanggungjawab ini
tidak hanya datang dari orang tua atau angota keluarganya melainkan juga dari
masyarakat sekitarnya, maka tidak jarang masyarakat juga terbawa-bawa menjadi
masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat
seringkali juga menunjukkan adanya kontradiksi antara nila-nilai moral yang
mereka ketahui, maka tidak jarang pula remaja mulai meragukan apa yang disebut
baik atau buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai
mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan
dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa
disekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja tanpa
disertai dengan alasan yang masuk akal menurut mereka atau bahkan orang tua
orang dewasa menunjukkan perilaku yang tidak konsisten dengan nilai-nilai yang
dipaksakan itu.
4.
Periode akhir Remaja
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai
orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap dan perilaku yang
semakin dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan masyarakat mulai memberikan
keperayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga
menjadi semakin lebih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin memiliki
kebebasan yang relative terkendali serta emosinya pun mulai stabil. Pilihan arah
hidup sudah semakin jelas dan mulai mampu mengambil pilihan serta keputusan
tentang arah hidupnya secara lebih bijaksana meskipun belum bias secara penuh. Mereka
juga mulai memilih cara-cara hidup dipertanggungjawabkan terhadap dirinya
sendiri, orang tua dan masyarakat.
Karakteristik remaja berdasarkan kecerdasan emosional:[9]
1.
Pada akhir masa remaja tidak
meledakkan emosinya dihadapan orang lain tetapi menunggu saat dan tempat ang
lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat
diterima
2.
Remaja menilai situasi secara
kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi
tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang.
3.
Remaja yang emosinya matang
memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi
atau suasana hati kehati yang lain, seperti dalam periode sebelumnya.
Perilaku remaja tidak stabil, keadaan
emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat,
peka, mudh tersinggung, pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya. Perhatian
kepada diri dan penampilannya berlebihan. Remaja putri lebih memperhatikan
penampilan daripada remaja putra, sedangkan sikap remaja putra terhadap lawan
jenis biasanya aktif, dan sikapnya terhadap teman-teman sejenis juga positif
akibat kebutuhan akan penerimaan social dan kebebasan. Remaja memerlukan pengertian
mendalam tentang kebutuhan, bakat, kapasitas diri, sikap perkembangan dan
tuntutan masa remaja yang dilaluinya, dan ia juga ingin mengetahui bagaimana
cara bergaul dengan lawan jenis. [10]
Berdasarkan karakteristik dan cirri-ciri
perkembangan emosi remaja yang telah dikemukakan diatas, penulis berasumsi
bahwa pada masa remaja emosinya belum stabil karena masih dalam tahap
peralihan antara masa anak-anak ke masa
dewasa. Perkembangan emosi remaja juga ditandai dengan perubahan fisik yang
sejalan dengan ketertarikannya kepada lawan jenis, sehingga mulai memperhatikan
penampilannya agar diperhatikan oleh orang lain.
E. Tugas
Perkembangan Remaja
Ada 6 kelompok pembagian tugas perkembangan
yang berbeda yaitu:[11]
1.
Menerima Keadaan Jasmani
Pada periode pra-remaja (periode
pubertas), anak tumbuh cepat yang mengarahkannya pada bentuk orang
dewasa.Pertumbuhan ini diiringi juga oleh perkembangan sikap dan citra
diri.Mereka memiliki gambaran diri seolah-olah sebagai model pujaannya.Remaja
wanita biasanya sering mendambakan wajahnya secantik bintang film pujaannya,
sementara remaja laki-laki sering berkhayal menjadi seorang pahlawan pujaannya.
Mereka sering membandingkan dirinya dengan teman-teman sebayanya, sehingga akan
cemas bila kondisinya tidak seperti model pujaannya atau teman-teman sebayanya.
Pada masa remaja, hal itu semakin berkurang, dan mereka mulai menerima kondisi
jasmaninya, serta memelihara dan memanfaatkannya seoptimal mungkin.
2.
Memperoleh Hubungan Baru dan Lebih Matang dengan Teman
Sebaya Antara Dua Jenis Kelamin
Kematangan seksual yang dicapai
sejak awal masa remaja mendorong remaja untuk menjalin hubungan social,
terutama dengan lawan jenis.Remaja diharapkan bisa mencari dan mendapatkan
teman baru yang berlainan jenis.Mereka ingin mendapat penerimaan dari kelompo
teman sebaya lawan jenis ataupun sesame jenis agar merasa dibutuhkan dan
dihargai.kematangan fisik dan psikis banyak mempengaruhi penerimaan teman-teman
sekelompok remaja dalam pergaulannya. Tanpa penerimaan teman sebaya, dia akan
mengalami berbagai gangguan perkembangan psikis dan social, seperti membentuk
geng sendiri yang berperilaku mengganggu orang lain.
3.
Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai jenis kelaminnya.
Sejak masa puber, perbedaan fisik
antara laki-laki dan wanita tampak jelas lalu berembang matang pada masa
dewasa.Apabila bentuk tubuhnya tidak memuaskan, mereka menyesali diri sebagai
laki-laki atau wanita.Padahal, mereka seharusnya menerima kondisinya dengan
penuh tanggung jawab.Remaja laki-laki harus bersifat maskulin, lebih banyak
memikirkan soal pekerjaan sedangkan remaja wanita harus bersifat feminine,
memikirkan pekerjaan yang ebrkaitan dengan urusan rumah tangga dan pola asuh
anak.
4.
Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya.
Bebas dari kebergantungan emosional
merupakan tugas perkembangan penting yang dihadapi remaja. Apabila tidak
memiliki kebebasan emosional, mereka akan menemui berbagai kesukaran dalam masa
dewasa, tidak bisa membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan
yang ditempuhnya.
5.
Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang
berkaitan dengan masalah ekonomi.
Tugas lainnya adlah kesanggupan
berdiri sendiri dlam maslah ekonomi karena kelak mereka akan hidup sebagai orang
dewasa. Kesanggupan di sini mencakup dua tugas;
a.
Mencari sumber keuangan atau pemasukan.
b.
Pengelolaan keuangan.
6.
Memperoleh nilai-nilai dan falsafah hidup.
Sejumlah penelitian membuktikan
bahwa masalah yang berkaitan dengan kehidupan dan falsafah hidup seperti tujuan
hidup, perilaku dirinya, keluarganya dan orang lain, serta soal keagamaan
menjadi daya tarik tersendiri bagi remaja.Para remaja memang diharapkan
memiliki pola pikir, sikap perasaan, dan perilaku yagn menuntun dan mewarnai
berbagai aspek kehidupannya dalam masa dewasa kelak.Dengan demikian mereka
memiliki kepastian diri, tidak mudah bingung, tidak mudah terbawaa arus
kehidupan yang terus berubah yang pada akhirnya tidak mendapatkan kebahagiaan.
F. Pertumbuhan dan
Perkembangan Emosi Remaja
Pertumbuhan
dan perkembangan dibagi menjadi 3, yaitu:[12]
1.
Pertumbuhan dan
perkembangan emosi remaja secara umum
Mayoritas
remaja mengalami ketidak stabilan akibat upaya penyesuaian diri pada pola
perilaku baru dan harapan social yang baru.
·
Kematangan emosi
Pada
akhir masa remaja tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain, melainkan
menunggu saat-saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya
dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Kematangan emosi bias dicapai bila
remaja memperoleh gambaran tentang berbagai kondisiyang dapat mengakibatkan
reaksi emosional.
·
Beberapa minat
remaja
Sepanjang
masa remaja, minat yang dibawa dari masa kanak-kanak cenderung berkurang dan
diganti oleh minat yang lebih matang.
2.
Pertumbuhan dan
perkembangan emosi remaja awal
·
Pola emosi pada
awal masa remaja
Pada
masa awal remaja rangsanganlah yang membangkitkan emosi dan derajat, terutama
dalam hal pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosinya.
·
Pertumbuhan dan
perkembangan sikap, perasaan atau emosi
Mereka
baru bias mengontrol emosi dalam banyak situasi bila terbiasa dan terlatih
menguasai emosi-emosi yang negative.
·
Perkembangan
minat atau cita-cita
Selama
masa remaja, minat dan cita-cita selalu berkembang.
3.
Pertumbuhan dan
perkembangan emosi remaja akhir
·
Pertumbuhan dan
perkembangan sikap, perasaan atau emosi
Para
ahli menyepakati bahwa sikap remaja akhir relative stabil, walau ada
kemungkinan untuk berbenturan dengan orang lain.
·
Perkembangan
minat atau cita-cita
Minat
remaja akhir tyerhadap lawan jenis semakin kuat.Bila tidak terjadi persoalan
serius, jalinan cinta remaja relative tetap, tidak berganti-ganti.
G. Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
1.
Perubahan Jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat
cepat dari anggota tubuh pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas
pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak
seimbang ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga
pada perkembangan emosi remaja..
2.
Perubahan Pola Interaksi
dengan Orang Tua
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada
pola asuh menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga
ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga
yang dengan penuh cinta kasih.
3.
Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas
dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk
semacam geng. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat
intem serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Tujuan
pembentukan kelompok dalam bentuk geng, yaitu untuk memenuhi minat mereka
bersama. Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah
hubungan cinta dengan teman lawan jenis.
4.
Perubahan Pandangan Luar
Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan
konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:
a.
Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.
b.
Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk
remaja laki-laki dan perempuan.
c.
Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak
bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut dalam
kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
5.
Perubahan Interaksi dengan Sekolah
Para guru disekolah merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan
remaja karna selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi
para peserta didiknya. Posisi guru semacam ini sangat srategis apabila
digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang
positif dan konstruktif.
Hurlock, 1960 mengemukakan bahwa perkembangan emosi remaja bergantung pada
faktor kematangan dan faktor belajar. Kegiatan belajar turut
menunjang perkembangan emosi.[14] Metode
belajar yang dapat menunjang perkembangan emosi, antara lain:
1.
Belajar dengan coba-coba
2.
Belajar dengan cara meniru
3.
Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
4.
Belajar melalui pengkondisian
5.
Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada
aspek reaksi
Hurlock, 1980
dan Cole, menyatakan beberapa penyebab yang sering menimbulkan emosi negative yaitu:[15]
1.
Memperlakukan remaja sebagai anak kecil
sehingga mereka merasa harga dirinya dilecehkan.
2.
Dihalangi membina keakraban dengan lawan jenis
3.
Terlalu sering disalahkan secara tidak adil
4.
Merasa kebutuhan mereka tidak dipenuhi oleh
orang tua
5.
Diperlakukan secara otoriter, seperti dituntut
harus patuh, lebih banyak dicela, dihukum dan dihina
Aspek-aspek yang terkandung dalam kematangan emosi
remaja, yaitu:[16]
1. Pemberian dan penerimaan cinta
Mampu mengekspresikan cintanya sebagai remaja dapat
menerima cinta dan kasih saying dari orang-orang yang mencintainya.
2. Pengendalian emosi
Individu yang matang secara emosi dapat mengarahkan
amarahnya sebagai sumber energy untuk meningkatkan usaha dan mencari solusi.
3. Toleransi terhadap frustasi
Ketika hal yang diinginkan tidak berjalan sesuai
dengan keinginan, indivisu yang matang secara emosi mempertimbangkan untuk
menggunakan cara atau pendekatan lain.
4. Kemampuan mengatasi ketegangan
Pemahaman yang baik akan kehidupan menjadikan
individu yang matang secara emosi; yakin akan kemampuannya untuk memperoleh apa
yang diinginkannya sehingga remaja dapat mengatasi ketegangan.
Dalam mencapai kematangan emosi, poal-pola control
emosi yang ideal perlu dimiliki oleh individu, misalnya tidak melakukan
represi-represi emosi yang tidak perlu dan mengendalikan emosi yang wajar dan
sesuai dengan harapan-harapan social. Kematangan emosi ang dimiliki oleh
individu akan dapat mengontrol perilaku-perilaku impuls yang dapat merusak
energy yang dimiliki oleh tubuh, individu dapat melakukan hal-hal yang bersifat
positif dibandingkan memenuhi nafsu yang dapat merusak dan bersifat merusak.[17]
Emosi akan menjadi penting karena ekspresi emosi
yang tepat terbukti dapat menghilangkan stress, frustasi, dan ketegangan.
Semakin tepat individu mengkomunikasikan perasaan, semakin nyaman perasaan
individu tersebut. Keterampilan manajemen emosi memungkinkan seseorang menjadi
lebih akrab dan mampu bersahabat, berkomunikasi dengan tulus dan terbuka kepada
orang lain.[18]
H. Hubungan Antara
Emosi dan Tingkah Laku Serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Mereka merasa canggung akan penambahan tinggi badan
yang dirasa aneh dan mengganggu, mudah tersinggung kesal hati, dan tertekan,
ingin marah. Dalam keadaan emosi yang belum stabil ini celaan atau kritikan
dari lingkungan seringkali ditanggapi secara sungguh-sungguh dan sering
ditafsirkan sebagai ejekan atau meremehkannya. Akibatnya mereka sering bersikap
antipasti dan melawan. Bila lingkungan keluarga, orang tua dan sekolah
mengabaikan keadaan emosi remaja, misalnya anak-anak yang tidak disukai karena tampangnya
kurang menguntukan, kurang cerdas, sehingga melihat dengan sebelah mata dan
sinis, beiasanya remaja tersebut menjurus pada perilaku yang maldjusment dan
sering pada tindakan delinkuency.[19]
Suasana emosional yang penuh tekanan di dalam keluarga berdampak
negatif terhadap perkembangan remaja.Sebaliknya suasana penuh kasih sayang,
ramah, dan bersahabat amat mendukung pertumbuhan remaja menjadi manusia yang
bertanggung jawab terhadap keluarga. Dengan demikian dialog antara orang tua
dengan remaja sering terjadi. Dalam dialog tersebut mereka akan mengungkapkan
keresahan, tekanan batin, cita-cita, keinginan, dan sebagainya. Akhirnya jiwa
remaja akan makin tenang. Jika demikian maka remaja akan mudah diajak untuk
bekerja sama dalam rangka mengajukan dirinya dibidang pendidikan dan karir.[20]
Menurut pandangan Dirgagunarsa, perasaan (feeling) mempunyai dua
arti. Ditinjau secara isiologis, perasaan berarti penginderaan, sehingga
merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengedakan kontak dengan dunia lua. Dalam
arti psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap
suatu hal. Makna penilaian ini tampak, misalnya, dalam ungkapan berikut: “Saya
rasa nanti sore akan hujan”. Ungkapan itu berarti bahwa menuut penialaian saya,
nanti sore hari akan hujan. Dilain pihak, emosi mempunyai arti yang agak
berbeda. Didalam pengertian emosi sudah terkandung unsure perasaan yang
mendalam (intese). Perkataan emosi sendiri berasal dari perkataan “emotus” atau
“emovere” yang artinya mencerca (to stir up), yaitu sesuatu yang mendorong
terhadap sesuatu.[21]
Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang
bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala
mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai
taraf. Berlainan dengan
berfikir, maka perasaan itu bersifat subyektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan
diri seseorang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya
perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, menghayalkan,
mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendati pun demikian perasaan
bukanlah hanya sekedar gejala tambahan daripada fungsi pengenalan saja,
melainkan adalah fungsi tersendiri.[22]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emosi adalah keadaan diri seseorang yang berkaitan dengan perasaan
dan memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian serta perilaku seseorang. Emosi
ang paling sering dirasakan remaja adalah emosi marah, takut, cemas, kecewa dan
cinta. Gangguan emosi yang dialami remaja dapat menjadi sumber tingkah laku
nakal. Oleh karena itu hal-hal yang menyebabkan emosi remaja terganggu perlu
dihindari. Cara yang sangat penting untuk menghindari gangguan emosi pada
remaja yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan
makan, pakaian dan bergerak, kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan mamiliki
ilsaat hidup. Beberapa teori tentang emosi, yaitu:
1.
Hubungan emosi dengan gejala
kejasmanian
2.
Teori hubungan antar emosi
3.
Teori emosi berkaitan dengan
motivasi
4.
Teori kognitif mengenai emosi
Batas usia remaja dibagi menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12–15
tahun dan usia 15–18 tahun. Karkteristik untuk setiap periode dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Periode Pra-remaja
2. Periode remaja wal
3. Peiode remaja tengah
4. Periode remaja akhir
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mighwar, Muhammad, M.Ag., 2006. Psikologi Remaja: petunjuk
bagi guru dan orangtua. Bandung
: Pustaka Setia.
Ali, Moh. dan Moh. Asrori, 2010. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Ali, Mohammad, dkk., 2011. Psikologi
Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Bumi Aksara,
Asrori,
M., 2008,.Perkembangan Peserta Didik. Pontianak : Untan Press.
Hurlock, B., 1990.
Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.
Martin, A.D., 2008, Emotional
Quality Management. Refleksi, Revisi, dan Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan
Emosi. Jakarta: HR Excellenci.
Mudjiran, 2007. Perkembangan
Peserta Didik,. Padang : UNP Press.
Mulyono, Y. Bambang, 1995. Pendekatan Analisis
Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Yogyakarta : Kanisius.
Murray, J., 1997. Emotional
Maturity. New York : The Bobbs-Meril, Corporation.
Nurihsan, A. Juntika, Prof. Dr. H.
M.Pd., Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., 2011. Dianmika Perkembangan Anak dan
Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung : PT Refika
Aditama.
Papilla, D. E & Olds, S. W.,
1998. Human Development. Ed, ke-7. New York : McGraw-Hill.
Powell, M., 1963, The Psychologi
of Adolescence, New York : The Bobbs-Meril, Corporation.
Prayitno, Elida, 2006. Psikologi
Perkembangan Remaja. Padang : Angkasa Raya.
Sobur, Alex, 2003. Psikologi
Umum. Bandung : Pustaka Setia.
Sunarto & Agung Hartono, 2002. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi, 1998. Psikologi
Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Walgito, Bimo, Prof. Dr., 2005. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta : CV Andi offset.
Willis, Sofyan, 2005. Remaja dan
Masalahnya. Bandung : Alfabeta.
Yusuf, Syamsu, 2010. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Zakiah Daradjat, 1994, Remaja
Harapan dan Tantangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
[1]Yusuf,
Syamsu, 2010, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya Offset, hal: 115
[2]
Ali, Moh. dan Moh. Asrori. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta.
PT. Bumi Aksara, hal: 63
[3]
Mudjiran, 2007. Perkembangan Peserta Didik, Padang : UNP Press
[4]
Walgito, Bimo, Prof. Dr., 2005, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, CV
Andi offset, hal: 231-239
[5]Sunarto
& Agung, Hartono.(2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka
Cipta, hal: 155
[6]
Hurlock, B. 1990. Perkembangan Anak. Jakarta, Erlangga, hal: 213
[7]
Papilla, D. E & Olds, S. W, 1998, Human Development, Ed, ke-7, New
York, McGraw-Hill.
[8]M. Asrori , 2008. Perkembangan Peserta
Didik. Untan Press : Pontianak, hal: 63-65
[9]
Nurihsan, A. Juntika, Prof. Dr. H. M.Pd., Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., 2011, Dianmika
Perkembangan Anak dan Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan,
Bandung, PT Refika Aditama, hal: 67
[10]
Zakiah Daradjat. 1994. Remaja Harapan dan Tantangan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya Offset, hal: 35-36
[11]Al-Mighwar,
Muhammad, M.Ag.,2006, Psikologi
Remaja:petunjuk bagi guru dan orangtua. Bandung;
Pustaka Setia.
[12]
Al-Mighwar, Muhammad, M.Ag., 2006, Psikologi Remaja, Bandung, CV Pustaka
Setia, hal:100
[13]Mohammad
Ali, dkk. 2011. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
PT Bumi Aksara
[14]
Sunarto, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik
[15]Priyatno,
Elida, 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Angkasa Raya
[16]Murray,
J, 1997, Emotional Maturity, New York, The Bobbs-Meril, Corporation
[17]
Powell, M, 1963, The Psychologi of Adolescence, New York, The Bobbs-Meril, Corporation
[18]Martin,
A.D., 2008, Emotional Quality Management. Refleksi, Revisi, dan Revitalisasi
Hidup Melalui Kekuatan Emosi,
Jakarta, HR Excellenci
[19]Y.
Bambang Mulyono, 1995. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya, Yogyakarta : Kanisius
[20]
Willis, Sofyan. (2005). Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta, hal: 22
[21]Sobur,
Alex, 2003. Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia
[22]
Suryabrata, Sumadi, 1998. Psikologi Pendidikan, akarta : PT Raja Graindo
Persada