Blogger Widgets

music

Kamis, 10 Desember 2015

Makalah Psikologi Kesehatan Mental

GANGGUAN JIWA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Mental
Dosen pengampu : Tatik Imadatus Sa’adati M.Psi, Psikolog





Di susun oleh:
                                             Nadia Nufida Aflaha             (933400613)


JURUSAN USHULUDDIN PROGRAM PSIKOLOGI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KEDIRI
2015




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan.
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di masyarakat ada stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan dan aib bagi keluarganya.  Ada kepercayaan di masyarakat bahwa gangguan jiwa timbul karena musuhnya roh nenek moyang masuk kedalam tubuh seseorang kemudian menguasainya.
Faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa bervariasi tergantung pada jenis-jenis gangguan jiwa yang dialami. Secara umum gangguan jiwa disebabkan karena adanya tekanan psikologis yang disebabkan oleh adanya tekanan dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah ketidaktahuan keluarga dan masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini, serta ada beberapa stigma mengenai gangguan jiwa ini.
. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apakah pengertian gangguan jiwa?
2.    Apakah teori gangguan jiwa?
3.    Bagaimanakah psikoterapi gangguan jiwa?
4.    Bagaimanakah studi kasus gangguan jiwa?

C.  Tujuan Makalah
Untuk mengetahui tentang pengertian, teori, psikoterapi, dan contoh studi kasus gangguan jiwa.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri.
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir(cognitive), kemauan(volition), emosi(affective), tindakan(psychomotor).
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan.

B.  Teori Penyebab Gangguan Jiwa
Teori penyebab gangguan jiwa yang banyak dianut hingga sekarang adalah teori stress vulnerability theory. Menurut teori tersebut seseorang menderita gangguan jiwa karena adanya kerentanan dalam dirinya dan adanya stress (tekanan jiwa). Kerentanan terhadap gangguan jiwa terbentuk oleh berbagai keadaan, seperti: keturunan, pengalaman hidup waktu kecil yang menekan, keadaan otak ketika masih menjadi janin atau bayi. Hal-hal atau keadaan yang bisa menimbulkan stress antara lain: ditinggal mati, kesulitan keuangan (hutang), tekanan pekerjaanatau sekolah, konflik dalam rumah tangga atau dengan teman. Menurur stress vulnerability (kerentanan) theory, seseorang terkena gangguan jiwa karena yang bersangkutan mempunyai kerentanan dan adanya tekanan jiwa. Seseorang yang punya kerentanan tinggi namun tidak ada stress, maka yang bersangkutan tidak akan menderita gangguan jiwa. Hanya saja, seseorang yang punya kerentanan tinggi, akan mudah terkena gangguan jiwa meskipun hanya dipicu oleh stress yang kecil. Padahal, stress kecil tersebut tidak akan bisa menimbulkan gangguan jiwa bisa menyerang pada seseorang ang punya kerentanan rendah. Seseorang dengan kerentanan yang rendah baru akan menderita gangguan jiwa bila mendapat stress yang berat.

C.  Psikoterapi untuk Gangguan Jiwa
1.    Terapi psikofarmaka
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien.
2.    Terapi somatic
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah Electro Convulsive Therapy.
3.    Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
·      Terapi individual
·      Terapi lingkungan
·      Terapi kognitif
·      Terapi keluarga
·      Terapi kelompok
·      Terapi bermain

D.  Studi Kasus Gangguan Jiwa
Sutudi Kasus 1
Bipolar Disorder
Sheyna, 13 tahun, memiliki orangtua yang overprotective dan sangat menuntut supaya Sheyna mengikuti apa saja perintah yang diberikan kepadanya.
Sheyna merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, dan hanya ia yang perempuan. Sheyna menganggap dirinya sangat bergantung pada orangtua, ditambah lagi orangtua memperlakukan Sheyna seperti anak kecil yang berusia di bawah usia dirinya.
Kedua kakak Sheyna sangat pembangkang bahkan kakak pertama Sheyna (18 tahun) pernah blak-blakan mengaku kepada orangtua mereka bahwa ia telah melakukan aktivitas seksual dengan teman di sekolah. Tentu saja, orangtua menjadi sangat marah, apalagi orangtua sangat strict terhadap isu-isu seksual. Bahkan, orangtua selalu membahas kepada Sheyna dan kedua kakak bahwa virginity itu harus dijaga hingga kelak menikah. Kondisi kakaknya ini berbanding terbalik dengan Sheyna yang sangat pasif dan penurut, serta menjadi satu-satunya anak yang dianggap “baik” oleh orangtuanya sehingga Sheyna dijuluki “Little Miss Perfect”.
Ada riwayat sakit mental di dalam keluarga Sheyna. Nenek kandung Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari pihak Ayah sama-sama menderita depresi.
Sheyna mengalami insomnia sejak ia berusia 10 tahun. Setiap malam ia mengalami kesulitan untuk tidur dan akhirnya mengganggu kegiatan belajar di sekolah. Nilai Sheyna sampai mengalami penurunan yang cukup parah, sehingga orangtua memutuskan supaya Sheyna menjalani home-schooling saja supaya Sheyna dapat mengatur waktu kapan untuk belajar. Perilaku insomnia ini dialami Sheyna pasca pertengkaran hebat di dalam keluarga, di mana kakak pertama Sheyna ternyata sampai menghamili temannya di sekolah. Pada saat itu, kondisi rumah sangat ‘panas’, Ayah dan Ibu selalu bertengkar setiap ada kesempatan di pagi-siang-sore-malam. Keadaan semakin memanas karena kakak pertama Sheyna sempat kabur dari rumah bersama teman yang ia hamili, sehingga memicu pertengkaran antara keluarga Sheyna dengan keluarga yang anaknya dihamili oleh kakak Sheyna tersebut. Kondisi tersebut berlangsung hingga kurang-lebih dua bulan dan sejak itu, Sheyna sulit sekali memejamkan mata seberapa pun dirinya mengantuk karena bayangan pertengkaran dan suasana memanas itu selalu menghantui Sheyna. Untuk pertama kalinya, di masa sebulan itu, Sheyna mengalami ledakan emosi yang tinggi.
Sejak saat itu, Sheyna juga semakin sering menyendiri di dalam kamar untuk menghindari pertengkaran. Bagi Sheyna, dia menjadi lebih rileks dengan berada di dalam kamar. Dia juga semakin bisa berpikir, mencari tahu, dan menganalisa segala hal yang ia senangi. Sheyna tertarik dengan politik dan memiliki pemikiran tersendiri tentang politik, misalnya ia percaya bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari seorang politikus Romawi di masa lalu.
Keluarga dan teman-teman Sheyna melihat Sheyna sebagai orang yang sangat rapi dan teroganisir. Sheyna senang menuliskan apapun ide-ide yang ia miliki dan menuliskan di buku diary, komputer, bahkan dinding kamarnya penuh dengan papernote yang ditempelkan secara berantakan dan berisi ide-idenya tersebut. Kebanyakan ide yang Sheyna tuliskan berisi tentang hal-hal yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan di dalam keluarganya, seperti tentang dorongan seksual dan tingkat spiritualitas. Aktivitas ini semakin menjadi-jadi saat ia merasakan gairah luar biasa untuk melakukan sesuatu.
Selama proses pertengkaran di dalam keluarganya, Sheyna sempat mengalami depresi dan depresi yang ia miliki semakin menjadi-jadi karena hingga saat ini Sheyna masih menderita insomnia. Sheyna juga menderita kesulitan untuk makan dan konsentrasi. Di puncak depresinya, Sheyna akhirnya beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Beruntung, Ibu selalu menemukan Sheyna tepat waktu sehingga Sheyna masih bisa diselamatkan.
Analisa Kasus Sheyna
Sheyna menunjukkan simptom perilaku yang mengarah ke Bipolar I Disorder. Sheyna meyakini bahwa dirinya merupakan reinkarnasi dari politisi Romawi di masa lalu, yang menunjukkan simptop psikotis ada pada dirinya. Simptom psikotis sendiri hanya muncul pada Bipolar I Disorder. Sheyna juga menunjukkan perilaku mania dengan cara menuliskan semua ide-ide yang ia miliki di buku diary, komputer, bahkan papernote yang ditempel berantakan di dinding kamarnya. Ide-ide tersebut termasuk pula ide-ide yang sebenarnya selalu tabu untuk dibicarakan di dalam keluarga (tentang seksualitas dan spiritualitas). Perilaku ini jelas berbeda dengan kebiasaan Sheyna yang selalu rapi dan terorganisir. Kemunculan perilaku mania ini dibarengi pula dengan kemunculan perilaku depresi yang membuat Sheyna sampai beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri.
Pada kasus Sheyna, ditemukan bahwa ada riwayat genetis di dalam keluarga dekatnya yang memiliki gangguan depresi, yaitu Nenek kandung Sheyna dari pihak Ibu serta Bibi Sheyna dari pihak Ayah. Perlu ada pemeriksaan mendalam tentang apakah kasus Sheyna terkait dengan riwayat genetis di dalam keluarganya. Tetapi, kemungkinan itu tetap ada.
BD yang diderita Sheyna merupakan masalah yang perlu penanganan hingga seumur hidup karena tidak dapat dengan mudah ditentukan bahwa gejala mania dan depresi yang diderita Sheyna tidak akan lagi muncul di masa depan. Cara terbaik untuk memberikan treatment kepada Sheyna adalah dengan memberikan  pengobatan medis yang tepat serta menjalani psikoterapi. Misalnya, mengkombinasikan pemberian obat antipsychotic(seperti: Seroquel) dan mood-stabilizer (seperti: Lithium), ditambah psikoterapi (seperti: terapi regulasi emosi, anger management untuk membantu Sheyna dalam mengatasi mania dan depresi yang muncul di dirinya)

Studi kasus 2
Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
Lauren Walsh, wanita berusia 21 tahun menderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD). OCD menyerang mental dengan ciri-ciri selalu berpikir berulang-ulang dan melakukan aktivitas yang juga dilakukan berulang-ulang. Kelainan ini membuat Lauren merasa menjadi orang yang tidak normal.
Misalnya, dia selalu menghabiskan banyak waktu untuk mencuci tangan berjam-jam. Jika dihitung-hitung, ia bisa menghabiskan 10 jam sehari di kamar mandi, seperti. Lauren juga selalu merasa takut karena dia berpikir setiap inchi tubuhnya dihinggapi bakteri, sehingga dia harus mandi lagi dalam waktu lama untuk membersihkannya.
“Ini sampai ke titik saat saya harus mandi lima kali sehari, masing-masing berlangsung dua jam.” Ujar Lauren.
“Rasanya, ada begitu banyak hal, yang harus saya lakukan. Setiap menit dari bagian tubuh saya harus dikontrol.” Penderitaan ini dialami Lauren sejak didiagnosis mengalami gangguan OCD di usia 12 tahun. OCD yang diderita Lauren seperti menyebabkan suara di kepalanya, yang dia sebut ‘iblis di bahu’. Kondisi ini seolah meyakinkan dia selalu dalam keadaan kotor.
Lauren tahu itu tidak rasional, tapi dia tidak berdaya mengendalikan dirinya. Lauren memaparkan bagaimana OCD mengendalikan hidupnya selama bertahun-tahun. Waktu itu, ibunya, Linda, merasa heran, dengan kebiasaan Lauren.
Lauren terus menerus mencuci tangan. Tidak hanya di rumah, bahkan juga di sekolah. Penderitaan Lauren membuat dia sulit bersosialisasi dengan teman-teman sekolah. Banyak teman-teman sekolah yang kemudian menjuluki Lauren sebagai orang aneh dan setres.
Di usia 10 tahun, Lauren pernah menangis tak terkendali karena dia merasa ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Tapi, waktu itu tidak tau kenapa dia merasa bersalah. Barulah ketika berusia 12 tahun, penderitaan Lauren dikenali penyebabnya. Dia didiagnosis OCD. Saat memasuki remaja, OCD menjadi semakin melumpuhkan mental Lauren. Kamar tidurnya penuh dengan catatan karena Lauren merasa terdorong untuk terus menulis.
“Aku punya catatan untuk diingat kembali ketika saya berumur 12 tahun. Orang beranggapan OCD adalah tentang mencuci tangan sedikit lebih lama dari biasanya dan kemudian Anda melanjutkan aktivitas seperti orang lain. Tapi, ternyata tidak.” Lauren melanjutkan, “Keluar dari tempat tidur memakan waktu 20 menit setiap pagi karena saya harus berbalik sampai saya berada di sudut kanan. Jika tidak merasa benar, saya ulangi sampai hal itu benar.” Setelah itu, dia akan memastikan tempat tidur selalu dalam keadaan sempurna tanpa ada kain yang kusut. Dia harus mencuci sarung bantal setiap hari dan seprai setidaknya tiga kali seminggu.
“Di kamar mandi aku menggunakan sabun yang berbeda dan lotion untuk bagian tubuh yang berbeda, dimulai di bagian atas dan bekerja dengan cara ke bawah. Dibutuhkan waktu dua jam setiap kali mandi,” kata Lauren. Untuk menggunakan toilet, dia harus menyekanya dulu kemudian duduk dengan cara yang benar. Lalu, dia akan selalu merobek lembar pertama kertas toilet karena takut telah tersentuh orang lain. Kemudian dia akan merobek tisu sebanyak 12 lembar untuk selanjutnya dilipat dengan cara tertentu sebelum dipakai. Untuk sekadar bangun dari toilet pun, dia masih harus memutar sampai benar-benar merasa nyaman.
“Saya harus berjalan lurus sempurna dan setiap langkah harus merasa benar di kaki. Jika tidak, saya harus mulai dari awal lagi. Jadi, saya akan berada di sana selama berjam-jam.” Kondisi Lauren, mirip seperti yang dialami Sam Hancox, yang akhirnya meninggal akibat kasus serupa. Sam mengalami dehidrasi dan infeksi kulit karena penyakit OCD selama 30 tahun. Penyakit ini membuat Sam selalu mandi sampai 20 jam setiap hari karena, dia takut kuman.
“Kasus itu membuat saya marah, karena bisa saja terjadi pada saya,” ujar Lauren yang sangat takut riwayat hidupnya akan berakhir tragis sama seperti Sam.

Studi kasus 3
Dissociative Identity Disorder (DID) / Kepribadian Ganda
Kisah kriminal yang dilakukan pria dengan 24 kepribadian ini serta politisasi proses penyembuhan Billy menjadi nilai tambah dalam dunia psikologi.
Kisah Billy, pemuda sekaligus pemudi, orang dewasa sekaligus anak-anak yang terjebak dalam satu tubuh ini jelas akan memberikan pencerahan buat masyarakat awam maupun ahli ilmu jiwa di negeri ini.
Kisah nyata Billy jelas akan menyedot konsentrasi, karena lompatan 24 nama tokoh alter ego bisa timbul tiba-tiba, kapan pun, di mana pun. Namun, lebih jauh dari itu, kisah Billy sang psikotis yang piawai melukis ini telah menyeret realitas kehidupan sosial negara adidaya dengan segala implikasinya.
Billy lahir dan dibesarkan dalam keluarga submarginal yang terseok-seok bertahan dalam tekanan ekonomi dan liberalisme budaya. Keadaan semakin buruk bagi Billy ketika ia menjadi korban perilaku seksual menyimpang saat usianya masih sangat belia.
Tarik ulur politis yang kerap menghambat penyembuhan Billy kian menguatkan kenyataan bahwa sesempurna apa pun sistem yang diterapkan negara adidaya tersebut, hak kaum jelata tetap kerap terpinggirkan.
Penderita gangguan perilaku seksual yang tak segera ditangani berpotensi berubah menjadi pelaku kejahatan. Korban mereka pun di masa datang bukannya tak mungkin akan berubah menjadi mimpi buruk bagi komunitasnya. Lingkaran mengerikan yang jelas tak mudah ditangani itu turut mewarnai kisah Billy.

Berikut adalah 24 kepribadian yang menghuni sosok Billy:
1.     William Stanley Milligan (Billy), 26. Sosok pribadi yang asli, atau inti, yang belakangan disebut unfused Billy—yang berarti ‘Billy yang belum terfusi’—dan juga Billy-U. tidak tamat SMU. Tinggi 180 cm, bobot 86 kg. mata biru, rambut coklat
2.     Arthur, 22. Pria Inggris. Rasional, tanpa emosi, dia bicara dengan logat Inggris. Belajar sendiri fisika dan kimia, mempelajari buku-buku ilmu kedokteran. Fasih membaca dan menulis dalam bahasa Arab. Walaupun berprinsip konservatif/kuno dan menganggap diri kapitalis, dia bersumpah dirinya seorang ateis. Dialah yang pertama kali menyadari adanya sosok-sosok lainnya itu. ditempat-tempat yang aman, dialah yang berkuasa, yang memutuskan siapa saja anggota ‘keluarga’ yang akan muncul dan menguasai kesadaran. Berkacamata.
3.      Ragen Vadascivinivh, 23. Pengelola rasa benci. Nama ‘Ragen’ berasal dari kata rage again, yang berarti ‘mengamuk lagi’. Berkebangsaan Yugoslavia. Dia berbicara bahasa Inggris dengan logat Slavia yang jelas. Dia mampu berbahasa Serbo-Kroasia. Ahli senjata dan peluru, dan juga seorang karateka, dia menunjukkan kekuatan fisik yang luar biasa, yang berasal dari kemampuan mengendalikan aliran hormone adrenalin dalam tubuhnya. Dia seorang komunis dan ateis. Tugasnya adalah melindungi keluarga, khusunya wanita dan anak-anak. Dia mendominasi kesadaran apabila sedang berada ditempat-tempat yang berbahaya. Pernah terlibat dengan penjahat dan pecandu obat, dan mengaku pernah berperilaku criminal yang kadang-kadang disertai kekerasan. Berta badannya 95 kg, berambut hitam, dan berlengan amat besar. Berkumis panjang menjuntai. Dia menggambar dalam warna hitam-putih karena buta warna.
4.    Allen, 18. Orang kepercayaan. Bersifat manipulative. Dialah tokoh yang paling sering berhadapan dengan dunia luar. Dia seorang agnostic, dan semboyan hidupnya adalah, “manfaatkan hidup di muka bumi ini sebaik mungkin.” Dia bisa bermain drum, melukis potret wajah, dan hanya dialah yang menghisap rokok diantara pribadi-pribadi itu. berhubungan amat erat dengan ibu Billy. Tinggi tubuhnya sama dengan William, walaupun berbobot lebih ringan (75 kg). rambut dibelah kanan. Dia satu-satunya yang tidak bertangan kidal.
5.      Tommy, 16. Ahli melepaskan diri dari segala macam kunci dan simpul ikatan, atau disebut juga escape artist. Sering disangka sebagai Allen. Biasanya, dia bersikap bermusuh-musuhan, siap bertengkar dan bersifat antisocial. Bisa bermain saksofon dan jago dam bidang elektronika. Dia biasa melukis pemandangan alam. Warna rambutnya pirang agak suram. Matanya coklat, sewarna batu amber.
6.     Danny, 14. Anak yang selalu ketakutan. Takut kepada orang lain, terutama kaum lelaki. Dia pernah dipaksa menggali liang kubur sendiri, lalu ditimbun hidup-hidup. Jadi, dia Cuma berani melukis objek/benda tidak bergerak. Rambutnya pirang sebahu, matanya biru. Perawakannya pendek dan langsing.
7.         David, 8. Penanggung rasa nyeri, atau ‘si empati’. Menyerap semua rasa sakit dan derita para tokoh lainnya.amat peka dan penuh intuisi, tetapi rentang perhatiannya pendek,. Lebih sering kebingungan. Rambut coklat tua kemerahan, mata biru. Bertubuh kecil.
8.    Christene, 3. Si anak sudut. Dijuluki begitu karena dialah yang biasa bediri disudut sekolah. Gadis cilik berkebangsaan Inggris yang cerdas. Dia bisa membaca dan menulis, tetapi menderita disleksia (cacat membaca). Senang menggambar dan mewarnai bunga dan kupu-kupu. Berambut pirang sebahu. Bermata biru.
9.        Christoper, 13. Abang Christene. Bicara dengan logat Inggris. Penurut, tetapi bermasalah. Biasa meniup narmonika. Rambutnya coklat agak pirang, seperti rabt Christene, tetapi poninya lebih pendek.
10.  Adalana, 19. Wanita lesbian. Pemalu, kesepian, dan introvert. Dia suka menulis puisi, memasak, dan membersihkan rumah untuk tokoh-tokoh yang lainnya itu. rambut Adalana panjang hitam, seperti jalinan benang kasar. Karena matanya yang coklat terkadang bergerak menyimpang ke kanan dan ke kiri, dia disebit pemilik ‘mata menari’.
11.  Philip, 20. Si penjahat brutal. Warga New York, beraksen Brooklyn yang kental, biasa berbahasa kasar dan kotor. Karena nama ‘Phil’ beberapa kali disebut-sebut, pihak kepolisian dan media memperoleh petujk bahwa di samping kesepuluh orang yang sudah dikenal, masih ada sosok-sosok lainnya lagi. Sudahpernah melakukan kejahaa kecil. Rambut coklat keriting, mata coklat terang, hidung bengkok.
12.  Kevin, 20. Si perencana. Penjahat kelas teri. Senang menulis. Berambut pirang, mata hijau.
13.  Walter, 22. Orang Australia. Menganggap diri sebagai pemburu binatang yang hebat. Pandai menentukan arah dan sering ditugasi sebagai ‘penentu letak’. Berbagai emosi tertekan. Nyentrik. Berkumis.
14.  April, 19. Si perempuan berengsek. Berlogat Boston. Dia penuh dengan gagasan dan rencana untuk membalas dendam secara keji terhadap ayah tiri Billy, tokoh-tokoh lainnya berkata bahwa dia tidak waras. Menjahit dan membantu mengurus rumah tangga. Rambut hitam, mata coklat.
15.   Samuel, 18. Yahudi pengembara. Ortodoks dalam agamanya, dialah satu-satunya tokoh yang percaya pada Tuhan. Perupa patung dan pengukir kayu. Rambut dan janggutnya hitam keriting, matanya coklat.
16.    Mark, 16. Si kuda perjaka. Tidak punya inisiatif. Tidak berbuat apa-apa jika belum disuruh oleh yang lainnya. Melakukan tugas berat yang monoton. Jika tidak ada pekerjaan, dia Cuma duduk menatap dinding. Kadang-kadang disebut sebagai ‘si zombie’.
17.     Steve, 21. Si peniru gelagat orang. Sambil meniru orang lain, dia menertawakan mereka. Dia seorang egomaniak; hanya dialah satu-satunya sosok yang tidak pernah menerima diagnostic kepribadian majemuk. Karena dia seing meniru orang lain sambil mengejek, sosok-sosok yang lainnya sering tertimpa masalah.
18.   Lee, 20. Si pelawak. Sering bertindak nakal, membadut, dan melucu. Leluconnya, yang sering menjadikan orang lain sebgai sasaran, membuat tokoh-tokoh lainnya sering diajak berkelahi, lalu dipencilkan diruang isolasi. Tidak peduli tentang hidup ataupun akibat tidak-tanduknya terhadap orang lain. Rambut cokelat tua, mata coklat.
19.   Jason, 13. Si katup penyalur tekanan. Melalui reaksi histeris dan ledakan amukan, yang sering berakibat hukuman, dia melegakan tekanan yang menumpuk. Membawa pergi berbagai kenangan  buruk sehingga para tokoh lainnya bisa melupakan semua itu, dan berbuntut amnesia. Rambut coklat, mata coklat.
20. Robert (Bobby), 17. Si pemimpi, terus-menerus berkhayal tentang bepergian dan berpetualang. Meskipun bermimpi ingin menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik, dia tidak berambisi maupun berminat intelektual.
21.     Shwan, 4. Tunarungu. Rentang perhatian pendek dan sering dianggap terbelakang. Suka mengeluarkan bebunyian mendengung untuk merasakan getaran dalam kepalanya.
22.  Martin, 19. Si pemuda snob. Warga kota New York, suka pamer kemewahan, serta senang berlagak. Ingin memiliki segala hal tanpa bekerja. Rambut pirang, mata kelabu.
23.  Timothy (Timmy), 15. Bekeja di took bunga. Disana, dia berjumpa dengan seorang homoseks, yang berusaha mendekati dirinya sampai dia ketakutan. Pergi ke dalam dunianya sendiri.
24.   Sang Guru, 26. Wujud kedua puluh tiga sosok alter ego di atas jika sudah melebur atau terfusi. Dialah yang mengajari sosok-sosok pribadi lainnya itu semua keterampilan yang mereka kuasai. Amat cerdas, peka, dan punya rasa humor yang bagus. Dia bilang, “akulah diri Billy seutuhnya,” dan sering mnyebut cocok-sosok lainnya itu sebagao “android (manusia robot) buatanku.” Sang Guru memiliki nyaris segenap ingatan yang utuh.

Billy tak memiliki kendali atas tindakan pribadi-pribadi lain yang bersemayam dalam dirinya.
Billy Milligan ditangkap dan dijebloskan ke penjara karena penculikan dan pemerkosaan tiga wanita di kampus Ohio State University. Namun kemudian, atas dasar alasan kegilaan, pengadilan membebaskannya.
Hingga kini, kabar terakhir dari Billy Milligan nyaris tak terdeteksi. Billy terakhir kali memberikan pernyataan pada publik melalui situs tersebut dengan mengkritik keras sistem perawatan di sejumlah institusi kesehatan jiwa milik pemerintah AS.
Ia tak menyebutkan apakah kepribadian-kepribadian dalam dirinya telah menyatu. Namun, dalam babak-babak terakhir Billy masih berjuang keras meraih dan menyatukan potongan-potongan jiwanya dengan terapi psikiatris.
Billy juga mengkritik keras sikap psikiatris di negerinya yang tak pernah tuntas menyelesaikan masalah kepribadian ganda. Puluhan hingga ratusan pasien kepribadian ganda malah menjadi komoditas penangguk keuntungan. Rumah sakit dan dokter dianggapnya membebankan biaya perawatan yang tak wajar.
Kemarahan Billy yang terungkap dalam kritik pedasnya pada institusi birokrasi dan rumah sakit mencerminkan dendam seorang pengidap kelainan jiwa yang harus melalui proses penyembuhan yang panjang namun tak kunjung sembuh.
“Sistem yang ada di negeri ini harus diubah total. Seorang penderita penyakit jiwa akan semakin kronis dengan sistem ini. Mereka jadi objek dari sebuah kejahatan ekonomi yang kejam. Negara ini juga mampu membuat seorang yang sehat menjadi sakit dengan sistemnya yang tak waras,” tegas Billy, entah kepribadian siapa yang muncul saat Billy menegaskan sikapnya. Atau, itu adalah pernyataan Billy yang telah utuh.

Studi Kasus 4
Psikopat
Ryan, seorang muda psikopat yang telah sukses menghabisi nyawa setidaknya 11 manusia, itulah jumlah korban yang sementara ini telah terungkap.
Hasil pemeriksaan kejiwaan menyimpulkan tidak ada tanda-tanda gangguan jiwa berat pada Ryan. Dia tidak gila, masih waras dan paham betul semua perbuatannya. Ryan hanya patut disebut psikopat, berkepribadian sangat sensitif, mudah tersinggung, impulsif dan agresif. Itu yang dalam teori psikiatri membuat anak muda ini mudah menyerang bila marah dan tersinggung. Kecuali itu, entah ada hubungannya atau tidak dengan prilaku kejamnya, Ryan diketahui memiliki gangguan orientasi sesksual, yakni homoseksual, dan biasa berperan sebagai wanita dalam berhubungan dengan sesama jenisnya.
Dalam hal kualitas kriminalnya, dapat dilihat semakin hari tingkat keseriusan perbuatan jahat Ryan semakin maju. Dari semula membunuh karena terpaksa, lalu membunuh dengan rencana karena motif uang, kemudian membunuh oleh sebab sakit hati, lantas membunuh dengan sangat keji: mutilasi, memotong-motong tubuh korban menjadi beberapa bagian. Entah apa jadinya bila perbuatan menyimpang ini lebih lambat diketahui. Halaman rumah Ryan di Jombang bakal benar-benar jadi kuburan.
Wajahnya kalem, mungkin senada dengan pembawaannya yang rada kemayu. Ryan sungguh tak tampak seperti seorang pembunuh. Dalam rekaman di televisi, melihat gayanya berjalan dan menggerakkan badan, anak muda ini malah jauh dari kesan penjahat. Tak sebanding dengan cap jagal yang sekarang dilekatkan kepadanya.
Pembunuhan berantai ala Ryan Jombang, yang mengubur sebagian korbannya menjadi satu bertumpuk-tumpuk di sebelah septic tank, mengubur sebagian yang lain di sisi kiri dan kanan rumah orangtuanya, dan diduga masih ada beberapa korban lagi yang belum ditemukan..
Melihat caranya membunuh dan perkakas yang dipakai: martil, bola beton, tongkat besi, juga kayu balok yang dipukulkan ke kepala belakang korbannya, kekejaman Ryan sungguh tak bisa dibilang sembarangan. Di kalangan sesama pembunuh kelasnya mungkin sudah advance killer, pembunuh tingkat atas yang di lingkungan penjara pun akan ditakuti ini bila dia mujur tak segera dihukum mati.




BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan.
Meurut teori stress vulnerability, seseorang menderita gangguan jiwa karena adanya kerentanan dalam dirinya dan adanya stress (tekanan jiwa).
Beberapa psikoterapi yang dapat digunakan untuk penanganan gangguan jiwa adalah: terapi psikofarmaka, terapi somatic, terapi modalitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar