Blogger Widgets

music

Selasa, 08 Desember 2015

Proposal Psikologi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PRESTASI BELAJAR AKADEMIK SISWA MAN DENANYAR JOMBANG

PROPOSAL
                                                     
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Islam (S. Psi)
Dosen pembimbing
DR. Limas Dodi, M.Hum







Oleh:
                                             Nadia Nufida Aflaha                (933400613)


JURUSAN USHULUDDIN
PRODI PSIKOLOGI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)KEDIRI

2015

A.  Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini. Anak sejak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan.[1] Sehingga sikap perilaku yang yang diperankannya akan terkait dengan sistem keyakinan dari ajaran agama yang dianutnya. Perilakun individu dan sosial digerakkan oleh kekuatan dari dalam., yang didasarkan pada nilai ajaran agama yang menginternalisasi sebelumnya. Karena itu, Wach menyatakan bahwa keagamaan yang bersifat subjektif, dapat diobjektifkan dalam berbagai macam ungkapan, dan ungkapan-ungkapan tersebut mempunyai struktur tertentu yang dapat dipahami.[2]
Salah satu kenyataan yang terjadi dalam sepanjang perjalanan sejarah umat manusia adalah fenomena keberagamaan. Agama memberikan pedoman kepada umat manusia, bagaimana menjalani hidup dengan baik dan benar. Dalam agama ada istilah religi, religion (Inggris), religie (Belnada), religio/relegare (Latin), dan dien (Arab). Kata religion (Inggris) dan religie (Belanda) adalah berasal dari bahasa induk dari kedua bahasa tersebut, yaitu bahasa Latin “religio” dari akar kata “relegare” yang berarti mengikat.[3]
Dari istilah agama inilah kemudian muncul apa yang dinamakan religiusitas. Religiusitas seringkali dididentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan nakaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya, bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.[4]
Dengan demikian, religi atau agama mengandung pada umumnya memiliki aturan-atauran dan kewajiban-kewajiban yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Religiusitas sebagai suatu kritik, dimaksudkan menjadi pembuka jalan agar orang yang Bergama makin intens. Moljanto dan Sunardi menyatakan bahwa semakin orang religious, hidup orang itu semakin nyata (real) atau merasa makin ada dengan hidupnya sendiri. Bagi orang yang beragama, intensitas itu tidak dapat dipisahkan dari keberhasilannya untuk membuka diri terus menerus terhadap pusat kehidupan. Religiusitas disebut juga sebagai inti kualitas hidup manusia, karena ia adalah dimensi yang berada didalam lubuk hati, sebagai riak getaran nurani pribadi dan menempas intimitas jiwa.[5]
Keberagamaan atau religiusitas lebih melihat aspek pada hati nurani pribadi, karena menapaskan intimasi jiwa, cita rasa yang mencakup totalitas kedalam pribadi manusia. Oleh karena itu, pada dasarnya religiusitas mengatasi atau lebih dalam dari agama yang tampak formal atau resmi.[6]
Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perihal ritual (beribadah), tapi juga melakukan aktifitas lain seperti bekerja, belajar, dan segenap aktifitas lainnya yang berfaedah bagi dirinya dan juga bagi negara.
Salah satu modal utama sebuah negara untuk bisa berkembang dan maju adalah sumber daya manusia yang dimilikinya. Institusi pendidikan adalah institusi formal yang bertujuan untuk memajukan kualitas sumber daya manusia. Proses pendidikan yang berlangsung mempunyai ukuran standarisasi dalam menilai sejauh mana pengetahuan dan keterampilan peserta didik tercapai.[7]
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dan prasarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Oleh karena itu, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.[8]
Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas siswa atau peserta didik adalah prestasi belajar atau prestasi akademik yang diraihnya. Didalam dunia pendidikan yang kaitannya dengan proses belajar maupun prestasi, religiusitas memiliki arti penting sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 entang sisdiknas, bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terancam untuk mewujudkan secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.[9]

Berdasarkan UU No. 20 tersebut, regiusitas meliki peran peran penting dalam proses belajar mengajar agar menghasilkan prestasi belajar yang diharapkan. Tertanamnya nilai religiusitas pada diri siswa, tidak hanya berimplikasi pada prestasi belajarnya melainkan bagaimana siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan potensi kepribadiannya seara optimal, yang akhirnya mempunyai kompensi untuk memecahkan masalah dalam kehidupan.
Sikap beragama pada intinya adalah beriman. Oleh karena itu menurut Lickona, bahwa untuk mendidik karakter dan nilai-nilai yang baik, termasuk didalamnya nilai keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, diperlukan pembinaan terpadu antara ketiga dimensi.
Hasil beragama dalam lingkungan sekolah/madrasah dapat dilihat dari prestasi belajar. Prestasi belajar sendiri merupakan tingkat keberhasilan peserta didik yang mengikuti proses belajar mengajar di sekolah dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian nilai-nilai religiusitas yang melekat pada sikap dan diri peserta didik tidak hanya berimplikasi pada peningkatan prestasi belajar melainkan meghasilkan peserta didik yang tumbuh dan berkembang kemampuan dan potensi kepribadiannya secara optimal, yang akhirnya mempunyai kompetensi untuk memecahkan masalah dalam kehidupan. Berprestasi baik disekolah  pada umumnya menjembatani jalan untuk memperoleh pekerjaan yang baik pula.[10]
Berdasarkan pembahasan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara religiusitas dengan prestasi belajar akademik siswa MAN Denanyar Jombang karena sekolah ini merupakan sekolah pesantren dengan beberapa asrama dan memiliki tingkat akademik yang tinggi dibuktikan dengan adanya kelas unggulan dan akselerasi.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka timbul permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana religiusitas siswa MAN Denanyar Jombang?
2.      Bagaimana prestasi belajar akademik siswa MAN Denanyar Jombang?
3.      Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan prestasi belajar akademik siswa MAN Denanyar Jombang?

C.  Tujuan penelitian
Sesuai degan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui religiusitas siswa MAN Denanyar Jombang
2.      Untuk mengetahui prestasi belajar siswa MAN Denanyar Jombang
3.      Untuk mengtahui hubungan antara religiusitas terhadap prestasi belajar akademik siswa MAN Denanyar Jombang

D.  Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:
“Adanya hubungan antara religiusitas dengan prestasi belajar akademik siswa MAN Denanyar Jombang.”

E.  Asumsi Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, bahwa asumsi yaitu suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti haru direncanakan secara jelas yang bertujuan untuk:[11]
1.      Memperkuat masalah
2.      Membantu penelitian dan memperjelas, menetapkan objek penelitian, wilayah pengambilan data, instrumen pengumpulan data.
Asumsi menurut Sugiono (2008:39) adalah pernyataan yang dianggap benar, tujuannya adalah untuk membantu dan memecahkan masalah yang dihadapi.[12] Berdasarkan pengertian tersebut, maka asumsi yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1.    Setiap siswa memiliki nilai religiusitas.
2.    Prestasi belajar akademik siswa MAN Denanyar Jombang berbeda-beda.

F.   Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalan kajian-kajian berikutnya yang berbentuk:
1.      Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar akademik siswa melalui religiusitas mereka dan menambah khasanah ilmu yang berkaitan dengan mutu pendidikan sekolah.
2.      Secara Praktis
a.       Untuk Siswa
Sebagai pendorong siswa dalam meraih prestasi akademik juga perlu meningkatkan nilai religiusitas mereka
b.      Untuk Guru
Menjadikan referensi dalam menerapkan nilai-nilai religiusitas dan peningkatan prestasi belajar akademik di lingkungan/sekolah
c.       Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang hubungan antara religiusitas dengan prestasi belajar akademik di lingkungan/sekolah

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1.    Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan ini adalah:
·      Tentang religiusitas siswa kelas XI MAN Denanyar Jombang
·      Tentang prestasi belajar akademik siswa kelas XI MAN Denanyar Jombang
·      Tentang ada tidaknya hubungan religiusitas dengan prestasi belajar akademik siswa MAN Denanyar Jombang
2.    Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak keluar dari permasalahan yang ada, maka penelitian ini hanya membahas permasalahan tentang hubungan religiusitas dengan prestasi belajar akdemik siswa MAN Denanyar Jombang.

H.  Penegasan Istilah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini memfokuskan pada masalah religiusitas dan prestasi belajar akademik. Adapun definisi operasionalnya adalah:
1.      Religiusitas
Menurut perspektif Islam, religiusitas merupakan perbuatan melakukan aktivitas ekonomi, social, politik atau aktivitas apapun dalam rangka beribadah kpada Allah. [13]
2.      Prestasi Belajar Akademik
Prestasi belajar akademik adalah perubahan dalam hal kemampuan yang disebabkan karena proses belajar. Bentuk hasil proses belajar dapat berupa pemecahan tulisan atau lisan, keterampilan dan pemecahan masalah yang dapat diukur dan dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar.[14]

I.     Landasan Teori
1.      Religiusitas
a.  Pengertian Religiusitas
Pengertian religiusitas dalam beberapa pendapat sebagaimana berikut: dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan beberapa istilah yang saling berhubungan, yaitu: 1) Religi (religion, kata benda) agama, kepercaaan, penyembahan, penghambaan, terhadap satu kekuatan supernatural ang dianggap sebagai Tuhan yang menentukan nasib manusia, suatu ungkapan terlembaga atau formal dari kepercayaan tersebut. Religious (kata sifat) bersiat agamis, berhubungan dengan agama, sesuai dengan prinsip-prinsip suatu agama. Keberagamaan (religiousness, kata benda) keadaan atau kualitas seseorang menjadi religious. Religiusitas (religiosity, kata benda) ketaatan pada agama atau keberagamaan.[15]
Menurut etimologi kuno, religi berasal dari bahasa Latin “religio” yang akar katanya adalah “re” dan “ligare” yang mempunyai arti mengikat kembali. Hal ini berarti dalam religi terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dan mempunyai fungsi mengikat diri seseorang dalam hubungannya dengan sesama, alam dan Tuhan.[16]
Djamaludin & Suroso mengatakan, kebaragamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian, agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banak. Agama, dalam pengertian Glock & Stark adalah sistem symbol, keyakinan, sistem niali, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai paling maknawi (ultimate meaning).[17]
Menurut Harun Nasution, religiusitas berasal dari kata religi (Latin) atau reegre berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat.[18]
Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa religiusitas adalah suatu kualitas keadaan seseorang dalam menghayati, memahami, serta mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan, yang menunjukkan ketaatan orang tersebut pada agama, interaksinya dengan Tuhan, sesame manusia dan alam semesta. Hal ini menunjukkan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya.
b. Dimensi Religiusitas
 Menurut Glock & Stark, ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu:[19]
·      Dimensi Keyakinan (ideologis)
Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religious berpengaruh teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taa. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi sering kali diantara radisi-tradisi dalam agama yang sama.
·      Dimensi Praktek Agama (ritualistik)
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting, yaitu: 1) Ritual. Mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakan. 2) Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relative spontan, informal dank has pribadi.
·      Dimensi Penghayatan (eksperiensial)
Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural).
·      Dimensi Pengalaman (konsekuensial)
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi
·      Dimensi Pengetahuan atau Konsekuensi
Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi ini tercermin dalam perilaku yang menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
c.  Faktor-Faktor Religiusitas atau Sikap Keagamaan
Thoules membedakan Faktor-fakor yang mempengaruhi sikap keagamaan menjadi empat macam, yaitu:[20]
·      Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan social
Faktor ini mencakup semua pengaruh social dalam perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi social, tekanan dari lingkungan social untuk menysuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.
·      Faktor pengalaman
Berkaitan dengan bebagai jenis pengalaman yang membentuk sikap keagamaan. Terutama mengenai keindahan, konflik moral dan pengalaman emosional keagamaan. Faktor ini umumnya berupa pengalaman spiritual yang secara cepat dapat mempengaruhi perilaku individu.
·      Faktor kehidupan
Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar dapat dibagi menjadi empat, yaitu: 1) Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan, 2) Kebutuhan akan cinta dan kasih, 3) Kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan 4) Kebutuhan yang timbul karena adanya ancaman kematian.
·      Faktor intelektual
Berkaitan dengan berbagai proses penalaran verbal atau rasionalisasi.
Sedangkan Noer Rahmah memberikan beberapa faktor yang bisa memainkan peranan dalam pembentukan sikap keagamaan atau yang menyebabkan manusia berusaha mendekatkan diri kepada dzat yang adikodrati yaitu Tuhan adalah sebagai berikut:[21]
·      Faktor sosial
Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dan mengembangkan sikap keagamaan.
·      Faktor alami
Pada umumnya ada anggapan bahwa kehadiran keindahan, keselarasan, dan kebaikan yang dirasakan dalam dunia nyata secara psikologik turut memainkan peran dalam membentuk sikap keagamaan.
·      Faktor konflik moral
Konlik moral dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan sikap keagamaan sama halnya dengan pengalaman di ala mini.
·      Faktor intelektual
Proses-proses intelektual itu merupakan bagian dari landasan sikap keagamaan, karena memang ada benarnya bahwa suatu kepercayaan secara diam-diam akan lebih kuat dipegangi bila proses pemikiran dapat digunakan untuk memberikan alasan pembenarannya, dan kebanyakan orang cenderung meninggalkan kepercaaan-kepercayaan yang dimata mereka tampak kurang mendapatkan dukungan intelektual meskipun keperrcayaan-kepercayaan ini menarik perhatian mereka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan lainnya.
·      Faktor afektif
Pengelaman keagamaan disini bisa berupa pengalaman yang meskipun secara orisinal terjadi dalam kaitan bukan keagamaan tetapi ia cenderung mengakibatkan perkembangan keyakinan keagamaan atau bisa juga suatu corak pengalaman yang timbul sebagai bagian dari perilaku keagamaan yang mungkin mempekuat, memperkaya atau justru memodifikasi kepercayaan-kepercayaan keagamaan yang sudah dianut sebelumnya.
·      Faktor kebutuhan yang tidak terpenuhi
Faktor lainnya yang dianggap juga sebagai sumber keyakinan agama ialah adanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi secara sempurna diman-mana sehingga mengakibatkan terasa adanya kebutuhan-kebutuhan akan kepuasan-kepuasan agama.
2.      Prestasi Belajar Akademik
a.  Pengertian prestasi belajar akademik
Menurut Bloom, prestasi akademik atau prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, penerpan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.[22]
Menurut Tirtonegoro, yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta usaha belajar.[23] Hasil atau nilai dari belajar yang diperoleh siswa akan mampu memperlihatkan yang dimiliki siswa terseut.antara siswa satu dengan yang lain akan berbeda pula nilai atau hasil belajarnya tergantung pada kemampuan dan kemauan yang dimiliki siswa tersebut.
Sedangkan menurut Sobur, prestasi belajar akademik adalah perubahan dalam hal kemampuan yang disebabkan karena proses belajar. Bentuk hasil proses belajar dapat berupa pemecahan tulisan atau lisan, keterampilan dan pemecahan masalah yang dapat diukur dan dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar.[24]
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Pestasi belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam diri individu (intern) maupun dari luar individu (ekstern). Hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi  oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.[25]
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya adalah:
·      Faktor intern
Yaitu faktor yang berasal dari dalam siswa. Faktor intern terdiri dari:
-  Faktor fisiologis : Faktor ini menyangkut tentang kondisi fisik atau jasmani
-  Faktor psikologis : Faktor ini menyangkut dengan kondisi mental yang mempengaruhi keberhasilan belajar
·      Faktor ekstern
Yaitu faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ekstern terdiri dari:
-  Faktor lingkungan : Melakukan hubungan yang harmonis secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan sekitar baik lingkungan social mauoun non social
-  Faktor instrument : Faktor yang adanya dan pengubahannya direncanakan
-  Faktor elemen, terdiri dari elemen utama dan elemen penunjang.
Elemen utama : motifasi untuk belajar, tujuan yang hendak dicapai, situasi yang mempengaruhi
Elemen penunjang : kesiapan, minat dan konsentrasi, keteraturan waktu dan disiplin dalam belajar
·      Faktor pendekatan belajar
Segala cara aau strategi yang dapat digunakan siswa dalam menunjang efektifitas proses materi pembelajaran tertentu
Wasty Soemanto menambahkan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya adalah:
·      Faktor stimulus belajar
Yaitu segala hal diluar individu yang merancang individu itu unuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mecakup material, penugasan sera suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar.
·      Faktor model belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan demikian, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.
·      Faktor-faktor individual
Faktor individual sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, seperti kemaangan yang dicapai oleh individudari proses pertumbuhan fisiologisnya, faktor perbedaan jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita dalam hal peranan dan perhatiannya terhadap suatu pekerjaannya.
·      Faktor usia kronologis
Pertambahan dalam hal usia selalu ditemani dngan proses pertumbuhan dan perkembangan.

J.    Metode Penelitian
1.    Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.[26]
Menurut Zainal Mustafa, penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bersifat kompleks, mulai dari isi kajian terhadap berbagai teori yang bersifat operasional teknis. Maka, penelitian harus berisi apa yang diteliti secara lengkap dan disampaikan dengan lugas dan objektif. Jenis penelitian yan akan digunakan deskriptif korelatif. Dikatakan deskriptif korelatif karena pada dasarnya penelitian hanya akan dijabarkan teknik-teknik pengumpulan data. Pengolahan/analisis, dan penyajian terhadap sekelompok data.[27]
2.    Populasi dan Sampel
a.    Populasi
Populasi adalah sekelompok individu tertentu yang memiliki satu atau lebih karakteristik umum yang menjadi pusa perhatian penelitian.[28] Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MAN Denanyar Jombang. Populasi ini diperlukanm untuk memperoleh berbagai informasi tentang hubungan antara religiusitas terhadap prestasi belajar akademik siswa MAN Denanyar Jombang.
b.    Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiono, sampel adalah bagian dari jumlah  dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.[29] Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling, yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi dengan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Dimana pengambilan ini bertujuan untuk mempermudah dan memperkecil objek yang diteliti sehingga peneliti dapat mengelompokkan dengan mudah guna memperoleh hasil yang objekti.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-XII yang diambil 90 orang. Peneliti mengambil sampel siswa-siswa semua kelas dikarenakan terdapat kelas akselerasi dan regular yang terdapat jurusan berbeda-beda dan telah memiliki pengalaman prestasi keagamaan dan prestasi akademik. Adapun kelas-kelastersebut adalah kelas akselerasi, dikarenakan kelas ini juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyak dengan kelas lain.
3.    Instrument Penelitian
Instrument penelitian alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya baik.[30] Instrument ang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode angket. Metode ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara religiusitas terhadap prestasi belajar akademik siswa MAN Denanyar Jombang. Adapun variasi jenis instrument penelitian yang digunakan adalah:
·      Observasi
·      Wawancara
·      Dokumentasi.
4.    Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan data-data yang akurat dalam sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data ang digunakan dalam penelitian diantaranya:
·      Metode pengamatan (obeservasi)
Dalam pengertian psikologi, observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.[31]
·      Metode wawancara (interview)
Wawancara atau interview merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan.[32]
·      Metode dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai benda-benda tertulis yang berupa buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.[33]
·      Metode angket
Metode angket aitu suatu metode pengumpulan data dengan menggunakan/mengajukan daftar petanyaan kepada responden yang diteliti.[34]
5.    Analisis Data
Analisis data adalah proses yang meinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.[35] Dalam menganalisis data hasil penelitian ini digunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif yaitu membandingkan antara data dengan teori yang ada, dan data berupa angka-angka dianalisis dengan menggunakan statistik.
Menurut Sudjana, statistic adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan fakta pengolahan serta penganalisannya, penarikan kesimpulan serta pembuatan keputusan yang beralasan berdasarkan fakta dan penganalisan yang dilakukan.[36]

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan SIstematik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
Ancok, Djamaludin & Fuat Nashori, Psikologi Islam: Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000)
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi Ketiga)
Dodi, Limas, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2015)
Drikaya, Percikan Filsafat (Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional, 1988)
Faisal, Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research II (Yogakarta: Andi Ofset, 1990)
H., Jalaludin, Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007)
Jalaluddin. Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001)
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya: 2002)
Kusuma, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)
Mahmud, Dimyati, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan (Yogyakarta: BPFE, 1990)
Majid, Ahmad Nurcholis, Kedewasaan Beragama dan bermasyarakat (http://www.google.com,-0 April 2006-05:32)
Moloeng, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif Edidi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006)
Muhaimin & Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar, (Bandung: Trigenda Karya, 1993)
Mustafa, Zainal, Pengantar Statistik Deskriptif (Yogyakarta: Ekonomis, 1998)
Nashori, Fuad dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002)
Rahmah, Noer, Pengantar Psikologi Agama (Yogyakarta: Teras, 2013)
R., Hawadi, Akselerasi A-Z Inormasi Program Pecepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009)
Rumi, Ahmad S., Reorientasi Nilai Religius dalam Karya Sastra (Bandung: FPBS UPI, http://www.google.com)
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)
Sobur, A., Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003)
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Alfabeta, 2008)
Suginono, Statistik Untuk Peneliti (Bandung: Alfabeta, 2005)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012)
Sujana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989)
Thoules, R., Pngantar Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1992)
Tilaar, H, Standarisasi Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006)
Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2001)
Undang-Undang Sisdiknas (jakarta: Sinar Grafika, 2003)


[1] Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), hal 63 dan 65
[2] Ahmad S Rumi, Reorientasi Nilai Religius dalam Karya Sastra (Bandung: FPBS UPI, http://www.google.com)
[3] Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya: 2002), hal 13
[4] Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta: Menara Kudus 2002), hal 71
[5] Ahmad Nurcholis Majid Kedewasaan Beragama dan bermasyarakat (http://www.google.com,-0 April 2006-05:32)
[6] Muhaimin & Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hal 35
[7] Tilaar, H, Standarisasi Pendidikan Nasional (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006)
[8] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal 1
[9] UU No. 20 tahun 2003, hlm 3
[10] Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan (Yogyakarta: BPFE, 1990), hal 82
[11] Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 16
[12] Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Alfabeta, 2008), hal 39
[13] Ancok, D. & Suroso, F., Psikologi Islami ; Solusi Islami Atas Problem-Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal 772-79.
[14] Sobur, A., Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003)
[15] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi Ketiga), hal 943-944
[16] Drikaya, Percikan Filsafat (Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional, 1988), hal 6
[17] Djamaludin Ancok & Fuat Nashori, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hal 76
[18] Jalaludin H., Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal 12
[19] Djamaludin Ancok & Suroso F. N., Psikologi Islam Solusi Islam Atas Problem-Problem Psikolgi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal 77
[20]R. Thoules, Pngantar Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1992)
[21] Noer Rahmah, Pengantar Psikologi Agama (Yogyakarta: Teras, 2013), hal 55
[22] Hawadi R., Akselerasi A-Z Inormasi Program Pecepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009)
[23] Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal 3
[24] Sobur, A., Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003)
[25] Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989), hal 39
[26] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), hal 7
[27] Zainal Mustafa, Pengantar Statistik Deskriptif (Yogyakarta: Ekonomis, 1998), hal 1
[28] Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal 324
[29]Limas Dodi, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2015), hal 128
[30] Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan SIstematik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal 107
[31] Ibid, hal 133
[32] Nurul Kusuma, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal 179
[33] Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan SIstematik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal 135
[34] Sutrisno Hadi, Metodologi Research II (Yogakarta: Andi Ofset, 1990), hal 136
[35] Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edidi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal 267
[36]Sugiono, Statistik Untuk Peneliti (Bandung: Alabeta, 2005), hal 267

Tidak ada komentar:

Posting Komentar